Hidayatullah.com–Sheikh Al-Azhar, Ahmad Thayyib, melayangkan laporan ilmiahnya kepada Pengadilan Administrasi mengenai kasus pendistorsian dan penghinaan terhadap Islam yang dilakukan oleh Sayyid Qimni. Tahun lalu, Sayyid Qimni dengan tulisan-tulisannya yang kontroversial itu ternyata malah mendapatkan penghargaan negara dalam bidang ilmu dan sosial, demikian dilansir oleh Islammemo.cc, Rabu (5/5).
Syeikh Al-Azhar bersama Kementerian Kebudayaan yang diwakili Syeikh Yusuf Badri, mengimbau untuk melarang penerbitan buku Qimni, serta menuntut penarikan kembali penghargaan yang telah diberikan oleh negara kepadanya. Dalam bukunya, Qimni menuduh Bani Hasyim telah memaksakan kekuasaannya kepada penduduk Makkah dan suku Quraisy.
Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Lembaga Penelitian Al-Azhar, dinyatakan bahwa buku Qimni yang berjumlah sekitar 12 buku itu terdapat distorsi dan kebohongan terhadap para sahabat, istri-istri Rasulullah, ulama, dan fuqaha.
Selain itu Qimni juga menuduh Khalifah Umar bin Khattab telah menghapus hukum ayat-ayat Al-Qur’an, dan menyatakan bahwa syariat Islam tidak sesuai dengan perkembangan tempat dan zaman.
Qimni juga menyatakan bahwa kisah Nabi Adam di dalam surga hanyalah mitos belaka. Kemudian buku-bukunya tersebut juga mengandung cerita-cerita tentang banyaknya tuhan, dan telah menghina para nabi, khususnya Nabi Yusuf AS.
Badri juga menuntut penarikan penghargaan yang telah diberikan kepada Dr Hassan Hanafi, serta melarang peredaran buku-bukunya. Karena Hassan Hanafi di dalam buku-bukunya dinilai sebagai orang yang menantang akidah Islam.
Mengenai buku-bukunya Hassan Hanafi, Al-Azhar menilai terdapat distorsi Al-Qur’an. Dalam buku tersebut disebutkan, manusia tidak membutuhkan nabi atau rasul. Lebih dari itu, Hassan Hanafi telah menganggap bahwa syari’at Islam itu hanya menghalang-halangi kemaslahatan umat manusia.
Seperti yang terdapat dalam bukunya “At-Turats wa At-Tajdid”, Hassan Hanafi menyebarkan paham komunis, serta menyatakan bahwa dakwah islamiyah sudah tidak sesuai lagi dengan zaman sekarang. [sadz/imm/hidayatullah.com]
Foto: Sayyid Al-Qimni