Hidayatullah.com–Survei terbaru menunjukkan Islam diasosiasikan dengan terorisme, ekstremisme, dan penindasan wanita, oleh lebih dari separuh masyarakat Inggris. Padahal mereka mengaku tidak tahu banyak tentang Islam.
Menilai baik dan buruknya sesuatu jamak dilakukan orang jika telah mengenal dan memahami sebuah obyek atau masalah. Namun tidak demikian halnya dengan masyarakat Inggris, mereka berani menjustifikasi negatif Islam, meskipun tidak memiliki informasi atau pengetahuan yang cukup tentangnya. Hal ini terungkap dari survei yang dilakukan oleh Exploring Islam Foundation (EIF) baru-baru ini.
Sebanyak 69% responden menyatakan, percaya bahwa Islam menindas kaum wanita. Sementara 58% persen mengasosiasikan Islam dengan ekstremisme. Dan separuh orang (50%) menghubungkan Islam dengan terorisme.
Sayangnya penilaian mereka tidak didasarkan pada informasi yang cukup, dan bahkan tanpa pengetahuan sama sekali.
Enam puluh persen responden mengaku tidak tahu banyak tentang Islam, sementara 17% lainnya mengaku sama sekali tidak tahu apa itu Islam. Hanya 33% orang saja yang baru akan mencari tahu lebih banyak tentang Islam.
Lebih parah lagi, kalaupun mereka mendapat informasi tentang Islam, sebagian besar mendapatkannya dari sumber yang kurang bisa diandalkan dan cenderung bias, seperti media massa cetak maupun elektronik.
Lima puluh tujuh persen responden mendapatkan sebagian besar informasi tentang Islam dari berita di televisi. Sementara 41% lainnya mengetahui Islam dari koran-koran. Kedua sumber informasi di Barat ini –sebagaimana kita ketahui– kebanyakan memberitakan masalah konflik dan sangat bias, serta sering mendiskreditkan Islam, meskipun mereka mengaku berusaha untuk menurunkan laporan yang mengcover both sides dan obyektif.
Bandingkan dengan hanya 3% saja yang menyatakan mendapat informasi tentang Islam dari organisasi-organisasi muslim.
Angka itu sangat timpang, karena sepertiga lebih responden menyatakan informasi tentang Islam tidak mudah diakses. Sebanyak 31% merasa informasi tentang Islam sulit untuk diakses, dan 5% lainnya menyatakan sama sekali tidak bisa diakses.
Alasan yang dikemukakan para responden tersebut tentunya patut dipertanyakan, karena di era informasi global ini, sudah banyak bertebaran informasi tentang Islam dalam berbagai bentuk media. Terlebih masyarakat Inggris merupakan masyarakat negara maju yang sangat akrab dengan teknologi.
Di dunia maya tersebar jutaan informasi tentang Islam dalam bahasa ibu mereka. Oleh karena itu, alasan yang menyatakan informasi tentang Islam sulit atau bahkan tidak bisa diakses sama sekali, tidak dapat diterima, atau mungkin tidak masuk akal.
Bagaimana dengan pandangan tentang Islam dan hal-hal positif? Hanya 13% responden saja yang meghubungkan Islam dengan perdamaian. Islam dikaitkan dengan keadilan oleh 6% responden saja. Sementara hanya 16% dari responden yang menilai, sepertinya Islam menjunjung nilai-nilai keadilan dan kesetaraan.
Hubungannya dengan lingkungan hidup, 6% responden yakin Islam mendukung perlindungan alam.
Masyarakat Inggris sepertinya memang enggan untuk membuka mata dan mengakui eksistensi muslim di sana. Meskipun Islam menjadi salah satu agama yang banyak dianut penduduknya, dan dukungan suara umat Islam diperebutkan oleh banyak politisi dalam pemilu lokal maupun nasional, dan beberapa politisi wanita muslim duduk di parlemen, sebanyak 41% tidak setuju dan bahkan sangat tidak setuju jika dikatakan muslim memberi dampak positif terhadap masyarakat Inggris. Sebagian besar responden (69%) bahkan yakin Islam mendukung penindasan atas kaum wanita.
Total sampel dalam survei yang dilaksanakan antara tanggal 19 dan 21 Mei 2010 itu sebanyak 2.152 orang dewasa. Mereka mewakili semua kelompok orang dewasa dalam masyarakat Inggris yang berusia 18 tahun ke atas. Survei dilakukan secara online oleh EIF, sebuah organisasi yang berupaya melawan miskonsepsi tentang Islam dan muslim, serta menyoroti kontribusi muslim pada peradaban. [di/ibm/hidayatullah.com]