Hidayatullah.com–Otorita Palestina menyangkal tudingan yang mengatakan bahwa Presiden Mahmud Abbas menawarkan Israel untuk terus memegang kontrol atas dinding Al-Buraq kompleks Masjid Al-Aqsa. Demikian diwartakan Arab News, Ahad (4/7).
Saeb Erekat, Kepala Perunding Palestina, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Abbas tidak memberikan tawaran seperti itu. Seraya menambahkan, perundingan-perundingan yang sekarang dijembatani AS tetap bersifat rahasia.
Mengutip Arab News, Al-Hayat, harian berbahasa Arab di London menyebutkan, Abbas setuju dinding Al-Buraq dan blok Yahudi di Kota Tua Yerusalem tetap berada dalam kekuasaan Israel, dalam konteks perjanjian perdamaian antara Otorita Palestina dan Israel. Kota itu juga akan tetap terbuka bagi pengikut dari semua agama.
Menurut Al-Hayat, tawaran Abbas itu disampaikan secara tertulis dan dipresentasikan kepada utusan AS untuk Timur Tengah, George Mitchell, pada saat permulaan pembicaraan dengan Israel.
Harian itu menyebutkan bahwa untuk mendirikan negara merdeka, Palestina bersedia melepaskan tanah yang dijadikan tempat pemukiman Yahudi, termasuk Gush Etzion, Pisgat, Ze’ev dan Modi’in Ilit, serta tanah yang menuju bandara internasional milik Israel, Ben Gurion, ke tangan Zionis. Sebagai gantinya, Palestina akan mendapatkan tanah di sepanjang sisi Hebron, seluas tanah yang dianeksasi Israel. Israel akan memberikan jalur yang menghubungkan antara Tepi Barat dengan Gaza.
Mengutip pernyataan pejabat-pejabat Palestina, harian itu melaporkan, usulan Abbas sebagian besar berpedoman pada pembicaraan damai yang dilakukan pada tahun 2000, pertama di Camp David dan kemudian di sebuah resor Mesir di Taba.
Pemerintah Amerika yang gagal menjembatani perundingan Palestina-Israel dan mengakhirinya pada Desember 2008, telah berhasil meyakinkan kedua belah pihak untuk memulai kembali pembicaraan tidak langsung selama empat bulan, yang membahas isu pemukiman Yahudi, perbatasan dan keamanan, lalu dilanjutkan dengan pembicaraan langsung untuk membahas semua masalah.
Dinding Al-Buraq (Hait Al-Buraq) dijadikan tempat peribadatan utama Yahudi. Mereka beribadah dengan menghadap tembok yang disebutnya Tembok Ratapan sambil membaca kitab sucinya atau menyelipkan kertas-kertas doa di dinding itu. Zionis Israel juga menjadikan tanah sekitar dinding sebagai pusat galiannya untuk membangun apa yang mereka cita-citakan, Haikal Sulaiman.
Secara de facto, kompleks Masjid Al-Aqsa tidak lagi berada di tangan Palestina atau PBB sebagai penengah, karena siapa saja yang boleh keluar masuk masjid ditentukan oleh Israel.[di/an/hidayatullah.com]