Hidayatullah.com—Orang Belgia dikenal akan kegemarannya makan kentang goreng atau frites mereka menyebutnya. Sekarang, petani yang berusaha bertahan di tengah lockdown Covid-19 mendesak agar warga Belgia lebih sering lagi mengkonsumsi frites dicelup mayonais kegemaran mereka, paling tidak dua kali sepekan.
Romain Cools, dari serikat petani kentang Belgapom yang mengusulkan hal itu, mengatakan ini masalah kelangsungan hidup petani, sebab ekspor mereka terkendala lockdown yang diberlakukan di banyak negara berkaitan dengan pandemi Covid-19.
Sekitar 750.000 ton kentang menumpuk di gudang-gudang di Belgia, sebab permintaan pengiriman kentang merosot tajam sejak lockdown Covid-19 diberlakukan di mana-mana.
“Mari kita makan frites dua kali seminggu, jangan cuma sekali,” imbau Cools seperti dilansir BBC Senin (27/4/2020).
Sejak pertengahan Maret, restoran di Belgia dan banyak pasar lain yang biasa membeli kentang mereka ditutup. Pembatalan festival-festival musim semi dan panas semakin menambah penderitaan petani.
Belgia merupakan salah satu eksportir produk kentang terbesar dunia, termasuk kentang beku. Negara itu menjual lebih dari 1,5 juta ton kentangnya ke lebih dari 100 negara setiap tahun.
Seorang petani kentang Belgia mengaku pesimis akan mendapatkan harga yang bagus untuk hasil panennya.
“Paling banter, kalau mereka bisa membeli lebih, akan dihargai €15 per ton, atau 10 kali lebih rendah dibanding harga yang disepakati dalam kontrak. Lima belas euro adalah harga yang mereka bisa berikan untuk mengubah kentang menjadi makanan hewan!” kata John Van Merhaeghe kepada lembaga penyiaran RTBF.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Seorang petani lain, yang menolak disebutkan namanya, menyeru agar pemerintah Belgia memberikan bantuan kepada petani kentang, seperti yang dilakukan negara tetangga mereka Belanda, yang memberikan tunjangan €50 per ton. “Sampai saat ini kita tidak memiliki kebijakan semacam itu,” ujarnya.
Sementara itu laporan RTBF menyebutkan bahwa sebagian kelebihan kentang yang menumpuk itu kemungkinan akan berakhir di pembangkit listrik biofuel.*