Hidayatullah.com—Guna mengulang rekor natalitas Singapura tahun lalu mendekati akhir 2015 ini, Perdana Menteri (PM) Lee Hsien Loong menerbitkan skema bonus bayi.
Bagi pasangan suami istri yang bersedia mempunyai momongan, pemerintah menawarkan berbagai hadiah dan keuntungan bagi si bayi serta orangtuanya.
Bukan hanya suami istri yang belum punya anak, kebijakan baru nan menggiurkan tersebut juga berlaku bagi orangtua yang sudah punya anak. “Ini waktu yang paling tepat bagi rakyat Republik (Singapura) untuk berupaya lebih keras dalam mendapatkan anak,” ujar pemimpin 63 tahun itu dalam jumpa pers Ahad (23/08/2015).
Dalam skema terbarunya tersebut, Lee menggandeng berbagai perusahaan untuk memberikan bonus.
Sebelumnya, Singapura hanya memberikan bonus bagi bayi pertama dalam keluarga. Tetapi, kini aturan itu diperbarui. Pemerintah akan memberikan bonus kepada semua anak di dalam keluarga tersebut.
Bahkan, bila keluarga itu memiliki empat anak, pemerintah bakal memberikan bonus kepada keempatnya. “Pemerintah menganggap berharga semua anak yang terlahir di Singapura,” ujarnya dikutip jpnn dari channelnewsasia.
Setiap bayi yang baru lahir di Singapura akan langsung memiliki akun Medisave. Secara otomatis, bayi-bayi itu akan memiliki asuransi jiwa MediShield Life tipe premium yang bakal ditanggung pemerintah sampai sang anak berumur 21 tahun.
Selain menjamin pendidikan bayi-bayi tersebut, pemerintah memberikan asuransi kesehatan kepada mereka. Terutama menggratiskan vaksinasi.
Bukan hanya untuk si bayi, Skema Bonus Bayi juga memberikan banyak keuntungan bagi orangtua.
Sang ayah, misalnya. Pemerintah akan memberikan izin cuti tambahan seminggu bagi seluruh pegawai sipil (PNS) pria yang istrinya melahirkan. Selama ini, para PNS pria mendapat cuti sepekan untuk menunggui istri mereka yang melahirkan. Kini cuti mereka menjadi dua pekan.
Dalam pawai Hari Nasional Minggu lalu, Lee menyatakan bahwa kebijakan barunya itu akan berlaku surut per tahun ini.
Artinya, para ibu yang melahirkan bayi pada tahun ini, mulai 1 Januari, berhak mendapat bonus tersebut. “Ini tahun kemenangan, 50 Tahun Kemerdekaan Singapura. Maka, saya rasa, semua bayi yang lahir pada tahun ini berhak mendapatkan hongbao (angpao),” paparnya.
Lee, tampaknya, benar-benar membanjiri generasi SG50 (julukan untuk generasi yang lahir bertepatan dengan peringatan 50 Tahun Singapura) dengan hadiah.
Selain uang tunai alias bonus dan asuransi, putra Bapak Bangsa Singapura Lee Kuan Yew itu memanjakan bayi-bayi SG50 dengan perhatian. Baik perhatian dari orangtua yang mendapat cuti khusus maupun dari nenek dan kakeknya.
Melalui Skema Bonus Bayi, pemerintah memberikan tunjangan tempat tinggal bagi orangtua maupun kakek-nenek si bayi. Tunjangan itu bertujuan untuk mendekatkan rumah orangtua bayi dengan kakek-neneknya.
Dengan demikian, kakek dan nenek si bayi bisa menjagai cucu mereka jika orangtua si bayi bekerja. “Sebaliknya, orangtua si bayi juga bisa memberikan perhatian lebih bagi kakek-nenek si bayi,” katanya.
Lee sengaja meluncurkan kebijakan menggiurkan tersebut agar angka kelahiran bayi di Negeri Merlion itu meningkat.
Setidaknya sama dengan natalitas tahun lalu yang berkisar 33.000. Karena memiliki anak adalah keputusan yang sangat serius dan mempunyai dampak jangka panjang, Lee berani membayar mahal pengorbanan dan tanggung jawab para orangtua tersebut.
“Punya anak adalah tanggung jawab yang sangat besar. Maka, kami (pemerintah) akan membantu Anda semua. Sebab, setiap bayi yang terlahir di negara ini adalah individu yang berharga. Masing-masing adalah bagian dari keluarga besar Singapura,” papar bapak empat anak tersebut.
Dia berharap skema barunya itu bisa menggairahkan angka kelahiran bayi di Singapura.
Januari 2013, Deputi Perdana Menteri Teo Chee Hean mengumumkan sejumlah bonus atau insentif.
Untuk mendorong lebih banyak tangis bayi di rumah sakit, paket berupa bonus uang tunai sebesar 6.000 dolar Singapura (sekitar Rp 48 juta) akan diberikan untuk kelahiran anak pertama dan kedua.
Tidak cukup dengan dua anak saja, 8.000 dolar (sekitar Rp 72 juta) lagi akan “dihadiahkan” kepada orangtua yang bersedia memiliki anak ketiga dan keempat.
Mengingat biaya hidup yang semakin lama semakin meningkat, banyak penduduk Singapura yang memilih tidak memiliki anak karena khawatir dengan masa depan bayi yang dilahirkan.
Untuk meredam kekhawatiran ini, jaminan kesehatan sebesar 3.000 dolar (sekitar Rp 24 juta Rupiah) akan khusus diberikan kepada setiap bayi yang lahir sehingga orangtua tidak perlu mencemaskan jikalau tiba-tiba gangguan kesehatan terjadi.*