Hidayatullah.com– Langit Hongkong sangat cerah, cuaca di musim gugur mejadikan jiwa terasa hangat, suhu yang berkisar 27 derajat celcius menciptakan suasana nyaman.
Pagi itu, Ahad (26/9), berduyun-duyun nakerwan (tenaga kerja wanita) memadati gedung olahraga ‘Pakistan Club’, gedung milik warga Pakistan yang biasa digunakan untuk olahraga Kriket. Gedung yang berkapasitas tujuh ratus orang tersebut penuh oleh nakerwan-nakerwan berjilbab yang haus siraman rohani di negara sekuler Hong Kong.
Lebih dari seribu orang menghadiri pengajian yang diisi oleh KH Ma’ruf Islamudin pengasuh Ponpes Walisongo Sragen, Jawa Tengah.
Antusias jama’ah sangat terpancar menyala-nyala, tidak peduli harus mengantri panjang saat hendak masuk ke ruangan acara. Seorang nakerwan bernama Retno, jauh-jauh datang dari Shatin menuju Jordan karena ingin mendengar tausiyah dari ustadz Ma’ruf Islamudin.
Pengajian dengan tema ‘Menyebar dakwah menggapai ukhuwah’ ini sukses menyihir jama’ah dengan pesan-pesan mendalam, namun ringan dan halus dalam penyampaian.
Isi ceramah yang mengungkapkan tentang ma’af-mema’afkan dan pentingnya menjalin silaturahmi sangat tepat diarahkan pada nakerwan karena sulitnya waktu untuk menjalin ukhuwah sesama nakerwan karena terbatasnya waktu dan gerak yang mereka miliki di negara orang.
“Saya dari Shatin naik MTR (Mass Railway Transit) datang ke Jordan karena saya sangat suka mendengarkan ceramah pak Ma’ruf, orangnya mahir dalam berceramah, ada candanya, ada makna-makna mendalam yang tersampaikan ke jama’ah,dan kesan low profile-nya membuat kami kagum,” ujar Retno kepada hidayatullah.com.
Nakerwan berumur 27 tahun asal Indramayu tersebut juga menceritakan bahwa wawasan agamanya juga bertambah setelah mengikuti tausiyah yang di isi oleh Pak Ma’ruf.
“Pikiran saya terbuka, di negara orang harus berjuang keras mempertahankan iman, antara lain yang saya lakukan dengan mendatangi pengajian seperti ini,” ujarnya lebih lanjut.
Seorang nakerwan bernama Hesti yang juga menghadiri pengajian tersebut juga bercerita kepada hidayatullah, libur kerja di Hong Kong lebih baik diinvestasikan untuk belajar dan mendengarkan ceramah, agar hati tercerahkan.
“Saya secara pribadi menyadari,bekerja pada orang Hong Kong butuh kesabaran. Budaya dan cara pandang hidup yang berbeda membuat saya kesulitan beradaptasi. Jika di negara sendiri rata-rata orangnya santun dalam bicara, tapi bagi orang Hong Kong, kadang sulit dibedakan antara bicara biasa dan marah, sehingga kadang saya tidak dapat mengontrol hati. Untuk itulah segala acara yang berhubungan dengan Islam saya ikuti, agar banyak ilmu yang saya dapatkan,” ujar nakerwan asal Magelang ini kepada hidayatullah.com.
KH Ma’ruf Islamudin seusai ceramah, sangat ramah saat ditemui hidayatullah. Dengan kesan yang sangat rendah hati mengungkapkan kepada hidayatullah tentang kekagumannya pada nakerwan Hong Kong.
“Ini adalah yang kesepuluh kali saya diundang ke Hongkong, hampir tiap tahun saya diundang ke Hong Kong,” ungkapnya kepada Hidayatullah.com.
Lebih lanjut, ustadz yang dakwahnya juga merambah ke Taiwan dan Malaysia ini menyatakan kesannya pada nakerwan Hong Kong. Sebagai wanita dengan segala keterbatasan, nakerwan Hong Kong mampu melakukan hal yang juga dilakukan lelaki, seperti mengadakan pengajian yang mengundang ustadz dari Indonesia.
“Semangat syi’ar dakwah nakerwan Hong Kong cukup bagus,” ujar dai yang ceramahnya sering membawa alat musik ini.
Kedatangan dai yang memiliki Group Sholawat Orkes Wali Songo-Sragen ke Hong Kong ini memang bukanlah pertama. Sudah beberapa kali ia diundang secara khusus oleh warga Buruh Migran Indonesia (BMI) ini.
Setiap kali kehadirannya di kota bintang film Jacky Chan ini selalu disambut antusiasmu BMI.
Metode penyampaian yang dinilai merakyat terhadap para jama’ah, sering dianggap mempermudah para jama’ah BMI menerima setiap tausiah yang disampaikannya. [yul/hidayatullah.com]