Hidayatullah.com–Sekelompok aktivis Yahudi berlayar ke Jalur Gaza, Minggu (26/9), bermaksud untuk menantang blokade Israel dan menyoroti penderitaan masyarakat Palestina yang tinggal di wilayah itu.
Famagusta, Siprus – Sekelompok aktivis Yahudi berlayar ke Jalur Gaza, Ahad, (26/9), bermaksud untuk menantang blokade Israel dan menyoroti penderitaan masyarakat Palestina yang tinggal di wilayah itu.
Sembilan aktivis dari Israel, Inggris, Jerman dan Amerika Serikat meninggalkan pelabuhan Famagusta di Siprus utara dengan sejumlah kecil bantuan naik kapal berbendera Inggris mereka, Irene. Tanpa berhenti, perjalanan mereka ke Gaza akan memerlukan sekitar 24 jam.
“Saya ingin mengeraskan suara saya terhadap kejahatan dan menarik perhatian ke 1,5 juta orang yang diblokade. Ini tidak manusiawi,” kata Rami Elhanan, seorang aktivis perdamaian Israel yang telah kehilangan anak perempuannya Smadar yang berusia 14 tahun dalam serangan seorang pembom bunuh diri Palestina pada 1997.
Israel, yang kebijakannya atas Gaza telah mendapat pengamatan cermat internasional sejak marinirnya membunuh sembilan aktivis Turki dalam keributan di atas sebuah kapal bantuan pada 31 Mei lalu, meremehkan misi Irene itu sebagai “provokasi”.
“Jika mereka serius ingin memberikan bantuan pada Gaza, mereka dapat dengan mudah melakukannya setelah menjalani penyaringan atas senjata yang diselundupkan,” kata Andy David, seorang jurubicara Kementerian Luar Negeri Israel. Ia merujuk ke pelabuhan di Israel dan Mesir yang menerima barang untuk diangkut melalui darat ke Palestina.
Ditanya apakah Angkatan Laut Israel akan berusaha untuk mengembalikan atau mencegat para aktivis Yahudi itu, David menolak berkomentar.
Sejak Mei, Israel telah melonggarkan perlintasan darat ke Gaza, tapi mempertahankan blokade laut sebagai upaya yang ia katakan untuk menghentikan senjata yang akan diselundupkan ke gerilyawan Palestina Hamas.
“Dibanding pembatasan yang terdahulu, ini sangat kecil,” kata Kapten Irene, Glyyn Secker, seorang warga Inggris berusia 60 tahun, merujuk pada peredaan pembatasan itu. “Gaza adalah masyarakat yang sangat banyak dibarikade dengan banyak penderitaan.”
Kelompok itu mengatakan mereka membawa muatan obat simbolis, satu kotak pemurni air, dan boneka pendidikan ke Gaza.
Holocaust
“Israel tidak memiliki batas moral,” kata Reuven Moskovitz, yang berusia 82 tahun, anggota tertua kelompok itu dan seorang yang selamat dari holocaust.
“Saya akan pergi karena saya orang yang selamat dari holokaus. Ketika saya berada dalam gheto dan hampir mati, saya mengharapkan insan yang akan menunjukkan perasaan kasihan dan membantu.”
Siprus terletak sekitar 220 mil jauhnya dari pantai Gaza dan telah digunakan sebagai batu loncatan bagi kapal bantuan sebelumnya.
Famagusta sendiri memiliki gema bagi banyak orang Yahudi. Ratusan dari mereka telah diasingkan dalam sejumlah kamp di tempat itu oleh pemerintah kolonial Inggris di Siprus, ketika mereka berupaya menuju ke tempat (Israel) yang ketika itu Palestina, yang juga di bawah pemerintah Inggis, antara 1946 dan 1948.
Famagusta sekarang ini di wilayah Siprus utara yang dikuasai masyarakat Siprus Turki, negara bagian yang memisahkan diri yang hanya diakui oleh Ankara.
Pelabuhan-pelabuhan di Siprus selatan yang dikuasai oleh masyarakat Siprus Yunani telah digunakan untuk melancarkan para aktivis tujuan Gaza dari 2008 hingga pertengahan 2009. Pemerintah Siprus Yunani sejak itu melarang pelayaran ke Gaza melalui pelabuhan di Siprus selatan. [ant/hidayatullah.com]