Hidayatullah.com –Presiden Iraq menyatakan tidak akan menandatangani surat hukuman mati yang dijatuhkan atas salah satu orang kepercayaan Saddam Hussein, Tariq Aziz. Penolakan disampaikan Jalal Talabani dalam wawancara yang disiarkan televisi Prancis, Rabu (17/11).
Tariq Aziz yang kini berusia 74 tahun adalah seorang penganut Kristen. Vatikan telah mendesak Iraq untuk tidak melaksanakan hukuman mati terhadapnya, dan mengatakan mereka mungkin akan mencoba untuk melakukan intervensi diplomatik guna mencegah eksekusi mati atas Tariq Aziz.
“Saya tidak bsa menandatangani perintah semacam itu karena saya seorang sosialis,” ujar Talabani memberi alasan kepada French 24.
“Saya menaruh rasa kasihan terhadap Tariq aziz karena dia seorang ksristiani, seorang kristiani Iraq.”
“Lagipula dia sudah tua–usianya lebih dari 70–dan itu kenapa saya tidak akan pernah menandatangani perintah tersebut,” papar Talabani yang berbicara dalam bahasa Arab. Dia berbicara di Paris, tempat pertemuan Sosialis Internasional digelar pekan ini.
Talabani juga telah menolak surat perintah eksekusi mati atas anggota rezim Saddam Hussein lainnya, termasuk mantan menteri pertahanan Sultan Hashim Al-Taie, yang menandatangani gencatan senjata dengan pasukan pimpinan Amerika Serikat, yang mengakhiri Perang Teluk 1991 dan masih berada dalam tahanan AS.
Namun demikian, penolakan Talabani untuk menandatangani perintah eksekusi mati beum pasti bisa menyelamatkan nyawa Tariq Aziz. Ada mekanisme lain untuk meloloskan hukuman mati itu, yaitu melalui parlemen atau salah satu dari pejabat pembantu Talabani.
Jurubicara Kementerian Kehakiman Abdul-Sattar Bayrkdar kepada AP mengatakan bahwa hukuman mati bisa tetap dijalankan meski presiden menolak untuk tanda tangan.
“Jika presiden menolak untuk menandatangani sebuah eksekusi, maka itu bukan sebuah pembatalan atas hukuman yang dijatuhkan.”
Meskipun ayahnya belum bebas dari ancaman hukuman mati, putra tertua Tariq Aziz tetap berterima kasih pada Talabani atas sikap yang ditunjukkannya.
“Saya ingin menegaskan bahwa hukuman eksekusi terhadap ayah saya merupakan keputusan politik. Olehkarena itu bisa dibatalkan demi hukum,” kata Ziad di Yordania, tempat tinggalnya sekarang. “Sebagai keluarga, kami berterima kasih pada presiden dan menghargai keputusannya,” imbuhnya.
Pertemuan Tariq Aziz dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat James A. Baker di Jenewa pada bulan Januari 1991, gagal mencegah pecahnya Perang Teluk 1991. Beberapa tahun kemudian, Aziz menemui Paus Yohanes Paulus II di Vatikan untuk mencari dukungan, hanya beberapa hari sebelum AS menyerang negaranya. Namun pertemuan itu tidak bisa mencegah serbuan AS pada bulan Maret 2003, yang membuat negaranya porak-poranda hingga saat ini.[di/an/ hidayatullah.com]
foto: Ilustrasi penggantungan Saddam