Hidayatullah.com—Pemimpin MILF, Salamat Hashim menegaskan, pihaknya siap membicarakan perdamaian dengan Manila untuk mengakhiri 25 tahun pemberontakan. Dia juga menyatakan sikapnya menentang terorisme. “Terorisme adalah sesuatu yang dilarang dalam Islam. Jadi, tidak mungkin kami mendukungnya,” katanya. Dia merasa berkewajiban mewujudkan perdamaian di bawah tuntunan Islam.
Sebelumnya, Presiden Filipina Gloria Arroyo menuduh bahwa MILF mendukung kelompok teroris yang bertanggung jawab atas adanya pengeboman di beberapa daerah di kawasan selatan Filipina. Sekitar 100 orang diperkirakan meninggal akibat serangkaian serangan bom sejak Maret lalu.
Pada Kamis lalu, Arroyo menegaskan, jika MILF ingin mengadakan pembicaraan damai, mereka harus memutuskan hubungan dengan jaringan teroris dulu. Seakan menjawab Arroyo, Hashim menegaskan, “Untuk menunjukkan kesungguhan pernyataan bahwa kami tidak terlibat dalam jaringan terorisme, kami menyatakan mengutuk kegiatan terorisme.”
Dia juga menolak dikaitkan dengan peristiwa berdarah berupa rangkaian pengeboman itu. “Sebagai konsekuensinya, kami menolak setiap tuduhan mengenai keterlibatan kami dalam organisasi maupun kegiatan terorisme di kawasan Asia, khususnya di kawasan Selatan Filipina dan di seluruh dunia,” tegasnya.
Sebenarnya, pembicaraan informal antara pihak pemerintah Filipina dan pemberontak telah dilakukan di Malaysia. Dalam pembicaraan itu, menurut Eid Kabalu, kedua pihak yang bersengketa mencapai kesepakatan untuk melakukan gencatan senjata. “Ini merupakan perkembangan yang baik,” katanya.
Ignacio Bunye, juru bicara kepresidenan, juga menyebutkan, pernyataan Hashim merupakan sebuah “sinyal yang baik” bahwa MILF siap membicarakan perdamaian. Tapi, dia menekankan, pemerintah tak akan lengah atas kemungkinan adanya serangan yang lain. Dia menolak berkomentar lebih jauh hingga Eduardo Ermita, kepala negosiator perdamaian, mengeluarkan pernyataan.
Keyakinan pemerintah Filipina mengenai keterkaitan antara MILF dan JI didasarkan pada laporan intelijen. Selain kelompok MILF, di Filipina Selatan beroperasi kelompok lain yang terpisah, yakni gerombolan Abu Sayyaf. Kelompok penculik tersebut dituduh terkait dengan al-Qaidah. JI dituduh menjadi dalang di balik serangan bom Bali (afp/jp)