Hidayatullah.com–Revolusi di Tunisia dan Mesir tampaknya telah menular ke sejumlah negara di Timur Tengah. Gelombang unjuk rasa menuntut perubahan pun terjadi di Bahrain. Mereka menuntut reformasi politik dan berakhirnya kekuasaan kerajaaan.
Massa juga menuntut pembebasan semua tahanan politik, penambahan lapangan pekerjaan, dan pergantian Perdana Menteri Sheik Khalifa bin Salman al Khalifa. Unjuk rasa yang berakhir bentrok antara massa dengan polisi ini menewaskan dua orang.
Bentrokan berawal saat polisi berupaya membubarkan massa. Saat itu massa berkumpul di sebuah rumah sakit untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Abdul Hadi, seorang demonstran yang tewas pada Senin (14/1) lalu.
Kantor Berita NHW melansir, Selasa (15/2), bentrokan antara polisi antihuru-hara dan pengunjuk rasa tidak dapat terhindarkan. Akibatnya, dua demonstran tewas, serta 20 lainnya mengalami luka-luka.
Bentrokan sempat terjadi ketika pihak keamanan mencoba menenangkan para demonstran. Mereka yang menolak dibubarkan diusir dengan gas air mata dan peluru karet. Beberapa demonstran terluka. Seorang pengunjuk rasa berusia sekitar 27 tahun dilarikan ke rumah sakit akibat tertembak, namun nyawanya tidak berhasil diselamatkan.
Mayoritas penduduk Bahrain adalah penganut Islam Syiah, sementara penguasa dari kalangan Sunni.
Sementara itu, Raja Hamad bin Isa mengucapkan rasa belasungkawa atas korban tewas melalui stasiun TV nasional Bahrain. Ia berjanji untuk mendorong reformasi dan melonggarkan kontrol negara di media dan internet.*