Hidayatullah.com–Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyatakan tidak akan meminta maaf karena telah salah menembak tank-tank milik pasukan pemberontak di Libya timur.
IRNA melaporkan, Russ Harding, Wakil Komandan NATO di Libya, Jumat (8/4) dalam konferensi pernya mengatakan, NATO sebelum operasi yang digelar hari Kamis (7/4), tidak mengetahui bahwa pasukan revolsioner juga menggunakan tank dalam pertempurannya melawan militer pro Muammar Qadhafi.
Dikatakannya, “Tugas kami adalah menjaga nyawa warga sipil dan pasukan pro-Qadhafi biasanya menggunakan tank untuk menyerang warga.”
Di lain pihak, pasukan pemberontak Libya geram karena menjadi sasaran serangan NATO.
Panglima pasukan pemberontak Libya, Abdul Fatah Younis sebelumnya telah menyatakan bahwa pihaknya telah mengumumkan pengerahan tank-tank milik pasukan pemberontak di garis depan medan tempur.
Namun, Harding mengklaim bahwa kondisi antara kota Ajdabiya dan Brega, yang menjadi sasaran serangan udara NATO, sangat tidak jelas ditambah dengan kendaraan dan tank-tank yang bergerak ke segala arah.
Ia mengklaim bahwa informasi yang diterima NATO menunjukkan bahwa tank-tank militer pro-Qadhafi menembaki warga sipil di kota Misratah dan pada hari Kamis (7/4) tank-tank tersebut bergerak di jalan-jalan.
Pejabat tinggi NATO itu mengatakan, “Tampaknya serangan NATO Kamis itu telah merenggut nyawa sejumlah pasukan pemberontak yang berada dalam tank-tank. Namun saya tidak akan meminta maaf atas hal ini.”
Kunjungi Tripoli
Sementara itu, pemimpin Libya, Muammar Qadhafi hari Sabtu melakukan kunjungan ke sekolah di ibu kota Libya, Tripoli, demikian diberitakan Kantor Berita Resmi, Jana.
Jana melaporkan bahwa sekolah tersebut terletak di kawasan yang bernama Zanata “dimana perbatasannya telah dilanggar oleh pesawat milik Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Saluran televisi negeri di Libya menyiarkan gambar Qadhafi di sekolah di mana para siswa meneriakkan slogan yang menentang Barat dan mengusung sejumlah foto Gaddafi. *