Hidayatullah.com–Sopir Muammar Qadhafi yang menyertai majikannya hingga saat terakhir pemimpin Libya itu ditangkap pasukan pemberontak mengatakan, Qadhafi tidak terlihat takut saat itu, tapi kelihatan seperti orang bingung.
“Semuanya meledak,” kata Huneish Nasr, sopir pribadi Muammar Qadhafi, yang bersamanya saat ditangkap pasukan pemberontak.
“Pasukan revolusi mengejar kami. Dia (Qadhafi) tidak takut, tapi dia kelihatan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Itu pertama kali saya melihatnya seperti itu,” cerita Nasr, seperti dikutip Guardian (26/10/2011).
Nasr bercerita, ia mengangkat kedua tangannya untuk menyerah saat pasukan pemberontak mendekat. Dia dipukul hingga jatuh dengan popor senjata, sehingga mata kirinya hitam. Qadhafi ditarik dari pipa saluran air, sesaat sebelum Nasr tersungkur. Dia masih sempat melihat wajah Qadhafi, sebelum majikannya itu dikeroyok para pemberontak. Lalu pukulan bertubi-tubi menghujani tubuh keduanya.
Nasr dan Mansour Dhao, kepala keamanan Qadhafi, adalah dua orang yang diperkirakan tersisa yang bisa menceritakan detik-detik terakhir keadaan dan peristiwa menjelang kematian Qadhafi.
“Jika ada staf dekat lain yang masih hidup, saya tidak tahu ada di mana atau apa yang terjadi dengan mereka,” kata Nasr dari dalam selnya di barak militer Misratah.
Pertempuran di Sirte mengakibatkaan kuping kanan Nasr tuli. Dia harus mencondongkan badannya untuk mendengar pertanyaan yang diajukan.
“Mereka yang tersisa mungkin ada di suatu tempat bersama pasukan revolusi atau mungkin mati,” katanya tentang sisa-sisa orang dekat Qadhafi.
Nasr mengatakan, dirinya bersama Qadhafi pada 5 hari terakhir saat pengepungan. Mereka berpindah dari rumah ke rumah untuk menghindari pasukan pemberontak, yang menghujani wilayah Distrik 2 dengan tembakan dan ledakan bom.
Masih mengenakan kemeja ungu kotak-kotak dengan bercak darah yang dipakainya saat Qadhafi dibunuh, Nasr yang berusia 60an tahun itu mengatakan bahwa majikannya saat itu seperti tidak dapat menguasai keadaan di sekelilingnya.
“Dia kelihatan aneh,” kata Nasr. “Dia selalu berdiri terpaku dan melihat ke arah barat. Saya tidak melihat ada rasa takut dalam dirinya,” cerita Nasr.
“Saya bersamanya selama 30 tahun dan saya bersumpah demi Tuhan bahwa saya tidak pernah melihat perilaku buruk dari dirinya. Dia berperilaku seperti majikan. Dia memperlakukan saya dengan baik,” kenang Nasr tentang mantan pemimpin Libya itu.
Menurut Nasr, dirinya digaji sebesar 800 dinar per bulan atau lebih dari 300 poundsterling (sekitar 4,2 juta rupiah) dan mendapat sebuah rumah di Sirte.
Seperti halnya kebanyakan orang dekat Qadhafi, Nasr berasal dari suku yang sama dengan mantan pemimpin Libya berpangkat kolonel itu
Meskipun sudah pensiun pada bulan Maret lalu, Nasr masih setia pada majikannya.
“Mereka menyuruh saya menuntaskan pekerjaan pada 17 Maret dan saya kembali ke Sirte,” katanya.
Dia baru melihat Qadhafi lagi pada bulan September setelah, pemimpin Libya itu eninggalkan Tripoli bersama empat orang lainnya, yaitu Mansour Dhao, Muhammad Fahima (sopir yang menggantikan Nasr), Izzedin al-Shira (kepala keamanan) dan Abdullah Khamis.
Nasr tidak memastikan kapan ia bertemu mantan majikannya di Sirte. Dia hanya bilang sekitar tanggal 10 Oktober, namun penjagaan di tempat persembunyian telah dibuat beberapa pekan sebelumnya.
“Saya dibawa oleh salah satu pasukan patroli dan kemudian dibawa ke sini,” kata Nasr, dengan kantong mata yang kelihatan hitam.
“Saya tidak pernah melawan revolusioner,” katanya menambahkan.
Pernyataan Nasr itu membuat seorang anggota pasukan pemberontak yang menjaganya tersenyum sinis.
Pada Selasa dini hari (25/10/2011), sopir setia Muammar Qadhafi itu diangkut dengan mobil van bersama beberapa orang lain menuju daerah pelosok gurun. Nasr melihat mantan majikannya dimasukkan ke dalam lubang kubur yang tidak diberi tanda dan ditimbun pasir. Dia tidak pernah membayangkan nasib majikan yang dianggapnya pria sempurna itu akan berakhir demikian.
Nasr sendiri, nasibnya hingga tidak jelas akan berakhir seperti apa.*
Keterangan foto: Huneish Nasr, sopir pribadi Muammar Qadhafi yang bersama dengan mantan pemimpin Libya itu saat ditangkap. Ia juga menyaksikan Qadhafi dikubur di pedalaman gurun pasir.[Guardian]