Hidayatullah.com–Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin mengkritik tajam koalisi Barat yang menyerang istana pemerintah Libya pada hari Selasa (26/4), dengan mengatakan bahwa mereka tidak punya hak atau mandat untuk membunuh Muammar Qadhafi.
Putin mengatakan pasukan koalisi telah melewati batas wewenang yang diberikan Dewan Keamanan PBB untuk melindungi warga sipil Libya, dan apa yang telah dilakukan Qadhafi bukanlah justifikasi bagi negara asing untuk melakukan intervensi.
“Mereka bilang mereka tidak ingin membunuh Qadhafi. Sekarang sebagian pejabat mengatakan, ya, kami berusaha membunuh Qadhafi,” kata Putin di sela-sela kunjungannya di Denmark.
“Siapa yang mengizinkan ini, apakah ada persidangan? Siapa yang punya hak untuk mengeksekusi pria ini, siapa pun dia?” tegas Putin dalam nada tanya.
“Ketika semua masyarakat yang disebut beradab menyerang sebuah negara kecil dengan seluruh kekuatannya, menghancurkan infrastruktur yang dibangun dari generasi ke generasi–saya tidak tahu, apakah ini baik atau buruk?” sindir Putin.
“Saya tidak menyukainya,” tegasnya.
Tidak lama setelah Putin menyampaikan kritikannya, kantor berita pemerintah Libya, Jana, melaporkan bahwa pemerintah Libya mendesak Rusia untuk menyerukan pertemuan genting di Dewan Keamanan PBB guna membicarakan “agresi negara-negara Barat” atas Libya.
Lebih lanjut Putin mengatakan bahwa di belahan dunia lain juga ada rezim yang buruk, misalnya di Afrika. Namun bukan berarti negara asing harus mengintervensi dan melibatkan diri dalam konflik internal mereka.
“Lihat Afrika, lihat apa yang terjadi di Somalia selama bertahun-tahun … Apakah kita akan membom semuanya dan melancarkan serangan rudal?”
Putin mempertanyakan, jika mandat yang diberikan PBB hanyalah untuk melindungi warga sipil, lantas mengapa negara-negara Barat menyerang istana Qadhafi.
“Mengapa menyerang istana? Apakah ini cara mereka membasmi tikus?” tanya Putin.
Korban yang jatuh, tegas Putin, justru adalah rakyat sipil tak berdosa, sebab Qadhafi sudah tidak ada di tempat tersebut sejak lama.
Rusia memilih abstain dalam penetapan resolusi DK-PBB yang memberikan mandat pada pasukan asing untuk melaksanakan zona larangan terbang di Libya dengan tujuan melindungi rakyat sipil.
Tak lama setelah zona larangan terbang itu diberlakukan, Putin menyatakan bahwa resoulusi PBB itu sama seperti seruan Perang Salib di abad pertengahan.*