Hidayatullah.com–Mufti Besar Arab Saudi Syeikh Abdul Aziz Al-Asyeikh hari Selasa (10/5) menekankan perlunya mematuhi penguasa negeri, karena akan memperkuat dan menjaga kestabilan negara sehingga kehormatan dan harta benda rakyat terlindungi.
Dalam ceramahnya di bagian mahasiswa putri Universitas Taibah di Madinah Syeikh Abdul Aziz mengatakan, “Islam menghargai wanita dan memberikannya kehormatan sebagai ibu, anak perempuan dan saudara perempuan serta memberikan hak-hak mereka.”
“Islam juga melindungi kehormatan mereka, dengan cara melarangnya bepergian sendiri atau bercampur-baur dengan kaum pria. Wanita diberikan hak untuk memiliki harta kekayaan dan melarang pria menyakiti kaum wanita,” tambah Syeikh Abdul Aziz.
Bicara tentang aksi demonstrasi menentang penguasa syeikh menjelaskan, “Mematuhi penguasa akan membuahkan hasil berupa persatuan dan menguatkan rakyat, menimbulkan rasa takut pada musuh.”
Syeikh mendorong Muslim untuk senantiasa mematuhi ajaran Al-Qur`an dan sunnah.
Dalam kesempatan itu rakyat Saudi dihimbau agar tidak mengikuti aksi yang dilakukan rakyat di negara-negara tetangga yang menentang penguasa mereka. Sebab aksi seperti itu hanya akan menyebabkan kekacauan, gangguan, perselisihan dan perpecahan dalam negara.
Demonstrasi dan unjuk rasa, katanya, tidak membawa kebaikan melainkan menyebabkan kehancuran harta benda dan pelanggaran kehormatan.
“Islam tidak ada hubungannya dengan aksi semacam itu,” tegasnya.
Mufti Arab Saudi itu menasehati agar para mahasiswa putri takut akan Allah baik ketika di tempat umum maupun saat sendiri, melaksanakan shalat dengan baik dan mempelajari al-Qur`an dan sunnah. Syeikh Abdul Aziz memuji pihak universitas yang mengadakan acara semacam itu untuk memberikan pencerahan kepada mahasiswa.
Syeikh Saleh Al-Fawzan, salah seorang anggota ulama senior, juga memberikan ceramah yang berjudul ‘Sikap Muslim terhadap hasutan dan terorisme’.
Syeikh Fawzan mendorong para mahasiswi untuk lebih giat belajar al-Qur`an dan sunnah.
Dalam seminar yang menyoroti masalah keamanan dan perdamaian di Saudi itu, turut menjadi pembicara adalah Dr. Jawaher Makhdum, Dr. Adari Al-Baijan, dan Dr. Rim Al-Harbi, wakil rektor urusan kemahasiswaan.*