Hidayatullah.com–Amerika Serikat telah meningkatkan tatap muka untuk pembicaraan damai dengan Taliban, setidaknya telah dilakukan tiga pertemuan di Qatar dan Jerman dalam beberapa hari terakhir dengan tokoh-tokoh yang diyakini memiliki hubungan dekat dengan Mullah Omar, pemimpin kelompok Taliban.
Pertemuan dimulai sebelum pembunuhan Usamah bin Ladin pada 2 Mei. Amerika dan diplomat Inggris meyakini, kematian pemimpin Al-Qaeda bisa memberikan dorongan untuk menambah pembicaraan dan penarikan pasukan NATO yang akan dimulai pada bulan Juli, demikian diberitakan The Telegraph, Rabu (18/5).
Presiden Barack Obama, yang tangannya telah diperkuat dengan keberhasilannya memburu Bin Ladin, memiliki keyakinan dapat memulangkan beberapa ribu pasukan Amerika, dari sekitar 100.000 pasukan di Afghanistan.
David Cameron telah memberi sinyal jelas, siap melakukan penarikan tentara Inggris dengan proporsi sama. Saat ini ada sekitar 10.000 personil Inggris di Afghanistan, sebagian besar dari mereka terkonsentrasi di Helmand tengah dan selatan.
Sebelumnya pembicaraan damai telah gagal ketika seorang yang dianggap pemimpin Taliban dan diterbangkan ke Kabul dengan pesawat NATO, ternyata hanyalah seorang penjaga toko yang mengelabuhi dalam upaya mencari uang. Upaya dialog lain juga kandas karena calon utusan tidak bisa dikonfirmasi sebagai tokoh Taliban.
Tetapi pejabat Amerika mengatakan kepada “Washington Post” bahwa meskipun ini baru pembicaraan awal, tetapi mereka meyakini para tokoh itu adalah pejabat Taliban yang memiliki hubungan langsung dengan Mullah Omar, pemimpin bermata satu di Dewan Syura Taliban yang memiliki kekuasaan.
Seorang pejabat Barat di Kabul menegaskan, Amerika Serikat telah melakukan kontak langsung dengan Taliban, setelah perubahan besar dalam kebijakan Amerika tahun ini.
Marc Grossman, pengganti utusan khusus Richard Holbrooke, yang telah dijuluki “Tuan Rekonsiliasi”, telah memfokuskan upaya untuk mencoba memfasilitasi kesepakatan politik yang akan memudahkan AS menarik mundur.
“Sekarang ini tidak ada prasyarat lagi, yang dilihat bagaimana hasil dari negosiasi,” kata pejabat Barat. Pada saat yang sama, Taliban telah melemahkan tuntutan bahwa tidak ada pembicaraan sebelum pasukan asing pergi.
Spekulasi tentang perundingan telah membuat marah lawan-lawan Presiden Hamid Karzai di Afghanistan, yang mengatakan bahwa mereka merongrong demokrasi Afghanistan. Setiap kesepakatan perdamaian dengan Taliban, kemungkinan akan melibatkan beberapa unsur kekuatan pembagian kelompok di Kabul. Taliban telah menuntut pembebasan 20 tahanan dari Teluk Guantanamo.
Pejabat Amerika mengatakan bahwa anggota jaringan Haqqani, yang berbasis di Waziristan Utara di perbatasan dengan Pakistan, tidak disertakan dalam pembicaraan damai.
Pada bulan Februari, Hillary Clinton, Menteri Luar Negeri AS, mengatakan, AS akan tidak lagi bersikeras dengan prasyarat, seperti meminta Taliban untuk meninggalkan al-Qaeda dan menerima konstitusi Afghanistan. Pernyataan tersebut dapat dibuat setelah kesepakatan telah tercapai.
Upaya keras “rekonsiliasi” di Afghanistan akan menjadi agenda penting tinggi dalam pembicaraan Obama dan Cameron di London pekan depan.
Sir Nigel Sheinwald, Duta Besar Inggris untuk Amerika Serikat, mengatakan: “Kami sangat tertarik untuk melihat jalur politik dan jalur rekonsiliasi diberikan semangat ekstra di bulan-bulan mendatang berkaitan dengan pidato yang diberikan oleh Hillary Clinton pada bulan Februari ketika dia berbicara tentang gelombang diplomatik akan mengikuti gelombang militer.”
Kementerian Luar Negeri telah lama berpendapat bahwa kasus penyerahan penuh atas keamanan ke Afghanistan dengan target tanggal akhir 2014 tidak akan tercapai tanpa penyelesaian dengan Taliban. Pada saat itu, semua pasukan NATO di Afghanistan berjumlah 140.000 telah pergi meninggalkan.
Diplomat Inggris mengatakan, posisi Amerika sekarang lebih dekat ke posisi London, sebagai bagian dari upaya Marc Grossman.
“Kami percaya AS akan mengumumkan pengurangan di bulan depan. Dan jika itu mungkin, Inggris akan dapat mengurangi beberapa pasukannya juga,” kata Sir Nigel.*
Keterangan foto: Mullah Omar pada tahun 2001.