Hidayatullah.com–Mantan kolonel Angkatan Darat Rusia, yang pernah didakwa menyiksa dan membunuh seorang gadis Checknya berusia 18 tahun, dimakamkan bak pahlawan, Senin (13/6).
Yuri Budanov, tewas ditembak orang tak dikenal di Moskwa pekan lalu.Ia adalah seorang mantan komandan tank. Penyerang menembak empat kali tepat di kepalanya. Budanov merupakan tentara dengan pangkat tertinggi yang pernah dihukum dalam perang Checknya, demikian diberitakan independent.co.uk, Selasa (14/6).1,Bunavov dipuji-puji oleh Rusia, namun dicerca di Chechnya.
Ia dihukum penjara selama 10 tahun pada 2003 dalam dakwaan menculik, menyiksa, memperkosa, dan membunuh gadis Checknya, Elza Kungayeva, saat operasi militer Rusia di wilayah Kaukasus pada 2000 namun dibebaskan secara bersyarat pada tahun 2009.
Kecurigaan mungkin menunjuk kepada pejuang Chechnya, pejuang yang ingin memisahkan diri dari di Rusia selatan di mana dua perang telah berkecamuk sejak 1990 dan awal 2000. Budanov adalah salah satu dari segelintir perwira yang paling terkenal buruknya menghadapi kampanye melawan teror yang digencarkan pihak Moskow. Pihak militer bertanggung jawab atas banyaknya perkosaan, penyiksaan dan pelaksanaan ekstra-pengadilan terhadap penduduk sipil selama konflik.
Namun dalam sebuah wawancara dengan media Rusia, Visa Kungayev, ayah Elza, yang sekarang tinggal bersama keluarganya di Norwegia, mengatakan, kematian Budanov tidak terkait dengan tragedi keluarganya. “Seekor anjing mati kematian seekor anjing,” katanya.
Meski demikian, saat pemakaman Budanov di luar Moskwa, Kimski, ratusan massa nasioalis Rusia bergabung dengan barisan keluarga dan petinggi militer, memberi penghormatan penuh pada sang mantan kolonel itu.
Sementara itu, ayah Elza, Kungayev mengatakan tradisi Muslim Chechnya adalah pantang melakukan balas dendam terhadap hal yang sudah terjadi.
“Saya adalah orang yang taat hukum. Jika tidak taat huku, maka saya sudah akan pergi dan bunuh diri,” katanya. “Tetapi saya tidak ingin itu.” Karena itulah ia mengatakan alasannya mengapa akhirnya memutuskan pindah ke Norwegia, agar bisa menjauh dari peristiwa itu.*