Hidayatullah.com–Istilah “cuci otak” tak hanya ada pada NII KW-9, kalangan kristen juga ada. Seorang wanita asal Prancis menuntut Opus Dei yang dia anggap sudah mencuci otaknya untuk dijadikan pembantu.
Catherine T, yang identitasnya masih dirahasiakan oleh keluarganya, mengatakan ia bergabung dengan sebuah sekolah perhotelan di sebelah tenggara Prancis pada tahun 1985, saat dirinya masih berusia 14 tahun.
Ia kemudian mengetahui kalau sekolah tersebut dikelola oleh rekanan Opus Dei, demikian laporan AFP.
Ia mengatakan dirinya dipaksa untuk mengambil sumpah dan dijadikan pembantu yang pada hakekatnya tanpa bayaran.
Dalam pernyataannya Opus Dei menanggapi bahwa organisasi tersebut “tidak terlibat dalam tuduhan yang disampaikan” dan “merasa tidak bersalah.”
“Mereka menugaskan seorang ‘tutor’ bagi saya, yang sebenarnya adalah semacam seorang instruktur kesadaran,” kata Caherine kepada AFP.
“Saya masuk ke dalam sistem…Yang dilarang untuk dibicarakan dengan orangtua.”
Ia mengatakan kelompok tersebut mewajibkannya untuk mengambil sumpah ketaatan, kemiskinan, dan kemurnian dan selama 13 tahun berikutnya dia diberi pekerjaan bersama organisasi-organisasi yang disebut pengacaranya Rodolphe Bosselut terkait dengan Opus Dei.
Menurut Catherine, dirinya dipaksa bekerja selama 14 jam, tujuh hari seminggu, membersihkan rumah dan menyediakan makanan. Staf membayar gajinya tapi kemudian meminta kembali uang dari dia dengan cara menandatangani cek kosong, yang semestinya uang itu digunakan untuk membayar kamar dan penginapan.
Opus Dei, sebelumnya dikenal dengan Prelature of the Holy Cross and Opus Dei, adalah sebuah struktur Gereja Katolik Roma. Opus Dei didirikan pada 2 Oktober 1928, oleh imam Spanyol Josemaría Escrivá. Tujuan prelature ini adalah untuk turut menyumbang dalam misi penyebaran ajaran gereja dengan menyebarkan pesan bahwa setiap orang dipanggil untuk menjadi seorang santo/santa dan seorang rasul.
Opus Dei mendorong umat Kristiani dari seluruh kelas sosial untuk hidup secara konsisten dalam kepercayaan mereka di tengah keadaan biasa dari hidup mereka.
Meskipun memiliki dukungan banyak pemimpin Katolik di seluruh dunia, Opus Dei telah dikritik di beberapa bagian selama sejarahnya, dan digambarkan oleh beberapa pengamat sebagai salah satu organisasi paling kontroversial dalam Gereja Katolik.*
Foto: pendiri Opus Dei, Josemaría Escrivá