Hidayatullah.com–Sekitar 200 aktivis dilarang terbang dari berbagai bandara internasional menuju Israel untuk kemudian menuju Palestina. Mereka yang berhasil lolos sampai ke bandar Ben Gurion, akan segera dideportasi, ancam polisi Israel Jum’at (08/7).
Setelah Yunani melarang kapal peserta Freedom Flotilla berlayar menuju Gaza, para aktivis internasional berbondong-bondong menuju bandara Israel Ben Gurion dekat Tel Aviv untuk melakukan protes, lalu menuju Tepi Barat.
Merujuk nama Freedom Flotilla, aksi mereka dikenal dengan “Flytilla”, karena melakukan perjalanan dengan menggunakan pesawat.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengecam aksi mereka. Dia menyebut para aktivis sebagai provokator. Netanyahu langsung memerintahkan pihak keamanan Israel menghadapi aksi para aktivis itu.
Pendukung Palestina memilih bandara Ben Gurion karena letaknya yang dekat dengan Tepi Barat (10 km), disamping karena wilayah Palestina itu tidak memiliki bandara udara.
Menurut koran terbesar Israel Yedioth Ahronoth, kepada maskapai penerbangan Eropa, pemerintah Israel memberikan daftar nama 342 orang yang akan dideportasi begitu mereka tiba di bandara Ben Gurion, dan ongkos kepulangan mereka ditanggung maskapai penerbangan yang bersangkutan.
“Apa yang bisa kami konfirmasi adalah, ada sekitar 200 orang yang tidak bisa melakukan penerbangan ke luar negeri,” kata jurubicara Kepolisian Israel Micky Rosenfeld.
Sementara itu aktivis Palestina Mazen Qumsiyeh menyatakan, ada hal yang menggembirakan di balik larangan tersebut. Di mana sebagian orang yang akan terbang menuju Ben Gurion, menyebut tujuan mereka adalah “Paletina”. Mereka tidak mengatakan bahwa tujuannya mengunjungi “Tanah Suci”, seperti yang biasa banyak dilakukan pra pelancong.
“Kami tidak meminta mereka melakukan tu,” kata Qumsiyeh.*