Hidayatullah.com–Pejuang Muslim yang beroperasi di Filipina selatan telah menolak usul perdamaian pemerintah yang baru untuk mengakhiri pergolakan yang telah berlangsung beberapa dekade.
Para perunding pemerintah Filipina dan Front Pembebasan Islam Moro (MILF) yang beranggotakan 11 ribu orang mengadakan perundingan dua hari di Kuala Lumpur, tulis laman VOA, Selasa (23/8).
Wakil ketua MILF untuk urusan politik, Ghadzali Jaafar mengatakan kepada televisi Filipina bahwa usul perjanjian damai itu tidak membahas keprihatinan sebenarnya Muslim Filipina. Meski demikian, kata Jaafar, penolakan atas perjanjian itu bukan berarti perundingan berakhir.
Perunding pemerintah Filipina Marvic Leonen mengatakan, ia tetap berharap perundingan itu akan berlanjut.
Presiden Benigno Aquino telah mengisyaratkan, ia menginginkan perjanjian damai menjelang akhir masa jabatannya tahun 2016 dengan harapan hal itu akan membantu membuka kawasan yang kaya sumber alam itu bagi para investor.
MILF telah melakukan pemberontakan terhadap pemerintah selama hampir empat dekade. Perjuangannya untuk berdiri sendiri telah menyebabkan 120 ribu orang lebih tewas dan satu juta orang lebih kehilangan tempat tinggal.*
Keterangan foto: Presiden Filipina Benigno Aquino (kanan) saat bertemu Al Haj Murad Ibrahim, pemimpin pejuang Moro (MILF) di Tokyo, Jepang (4/8).