Hidayatullah.com–Ratusan pengunjuk rasa menyerang kompleks kedutaan besar Israel di Kairo, Mesir, Jumat (9/09/2011) malam waktu setempat, mengakibatkan sejumlah bangunan rusak.
Mereka terlebih dahulu menghancurkan tembok di sekeliling kompleks kedutaan sebelum kemudian sekitar 30 orang memasuki bangunan dan melemparkan sejumlah dokumen keluar.
Kepolisian Mesir mencoba mengamankan situasi dengan menggunakan gas air mata. Sementara itu duta besar Israel, Yitzak Levanon dan keluarganya langsung dilarikan ke bandara untuk diungsikan ke luar Mesir.
Suara tembakan terdengar di lokasi unjuk rasa namun tidak diketahui pihak mana yang melepaskan tembakan.
Sementara itu, sejumlah laporan mengatakan sebuah kantor polisi di dekat kedubes juga diserang pengunjuk rasa.
Pada Sabtu (10/09/2011) pagi, stasiun televisi lokal menyiarkan gambar yang menunjukkan pengunjuk rasa melemparkan bom molotov ke arah mobil polisi yang mencoba membubarkan pengunjuk rasa.
Sejumlah media di Mesir menyatakan sedikitnya 200 orang terluka dalam aksi unjuk rasa ini.
Minta bantuan Amerika
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Israel mengatakan Menhan Israel, Ehud Barack, melakukan pembicaraan dengan Menhan AS, Leon Panetta, dan meminta Amerika membantu pengamanan kedutaan besarnya.
Permintaan bantuan ini langsung ditanggapi pemerintah AS bahkan Presiden Barack Obama langsung meminta pemerintah Mesir melindungi kedutaan Israel di negeri itu.
Setelah melakukan pembicaraan telepon dengan PM Israel, Benyamin Netanyahu, Presiden Obama mengatakan pemerintahannya sudah mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah ini tanpa kekerasan lebih lanjut.
Obama bahkan meminta Mesir untuk menghormati kewajiban internasionalnya antara lain melindungi semua kedutaan besar di negerinya.
Sementara itu di Kairo, Perdana Menteri Mesir Essam Sharaf segera mengumpulkan tim krisisnya sementara Kementerian Dalam negeri menyiagakan penuh pasukan kepolisian.
Titik balik
Demonstran merubuhkan tembok beton yang mengitari kompleks kedubes Israel di Kairo.
Sejumlah pengamat menilai perusakan kedutaan besar Israel di Kairo ini merupakan titik balik hubungan diplomatik kedua negara.
Hubungan kedua negara yang berjalan selama 30 tahun kini diuji setelah tergulingnya Hosni Mubarak dari kursi penguasa Mesir.
Di bawah rezim Mubarak, hubungan kedua negara relatif stabil setelah sejarah panjang konflik di antara keduanya.
Namun, insiden tewasnya lima anggota pasukan perbatasan Mesir saat pasukan Israel mengejar para tersangka penembakan bus di kota wisata Israel beberapa waktu lalu, mengakibatkan hubungan kedua negara memanas.
Kairo tak bisa menerima tewasnya lima tentaranya itu sementara Israel meski menyayangkan kematian itu namun menolak bertanggung jawab.
Israel hanya memerintahkan penyelidikan bersama untuk mengusut kasus penembakan tersebut.
Insiden itu kemudian memicu ketidakpuasan rakyat Mesir yang terus menggelar aksi unjuk rasa di luar kedubes Israel sejak 18 Agustus lalu.
Puncak kekesalan rakyat Mesir kemudian terjadi setelah pada Jumat (9/09/2011) mereka menggelar aksi di Lapangan Tahrir.
Usai berorasi di lapangan bersejarah itu, sekitar 1.000 orang demonstran mengarah ke kedubes Israel yang berada beberapa kilometer dari Lapangan Tahrir.*