Hidayatullah.com–Dewan Kerjasama Teluk (GCC) mendesak Ali Abdullah Saleh menandatangani peralihan kekuasaan “segera”, setelah pasukan pemerintah menghunjani para demonstran pro-oposisi dengan tembakan dan mortir.
Hari Jum’at hingga Sabtu (24/9), para penembak jitu yang bersembunyi di atap-atap bangunan menembaki pengunjuk rasa yang tidak bersenjata, sehingga mengakibatkan kepanikan. Jalanan di ibukota dikotori dengan mayat lebih dari 40 orang.
Dalam pernyataannya Jum’at malam di New York, GCC menegaskan dukungan mereka untuk membantu penyelesaian konflik di Yaman. GCC juga mendesak agar Presiden Saleh segera menandatangani pengalihan kekuasaannya, agar transisi berjalan damai.
Para menteri GCC “mengutuk … penggunaan senjata, khususnya senjata berat, atas para pengunjuk rasa yang tidak bersenjata,” bunyi pernyataan itu.
Para saksi dan demonstran mengatakan, Sabtu (24/9), ratusan orang melarikan diri dari serangan mortir dan penembak jitu pada malam hari, yang berlangsung hingga Sabtu siang. Kejadian itu berlangsung di Lapangan Perubahan, pusat demonstrasi massa selama delapan bulan terakhir yang menuntut Presiden Saleh mundur.
“Kami tidak dapat tidur karena serangan itu … Bangunan-bangunan di sekitar kami bergetar. Lihatlah kekacauan yang terjadi setelah Saleh kembali. Semua ini dipicu oleh kepulangannya,” kata seorang pengunjuk rasa yang bernama Muhammad.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Jurubicara kelompok oposisi Muhammad Al Sabri menuding Saleh sebagai pihak yang bertanggungjawab atas kejadian hari Sabtu itu.
“Dia seperti baru saja dilepas dari kandangnya dan keluar untuk balas dendam,” kata Al Sabri.
“Dia menghadapi rakyat Yaman layaknya pemimpin sebuah gang, bukan pemimpin sebuah bangsa,” tegas Al Sabri*