Hidayatullah.com–Partai Keadilan dan Pembangunan di Maroko, yang merupakan sebuah partai Islam, memenangi pemilihan umum legislatif di Maroko baru-baru ini. Pemimpinnya yang kemudian ditunjuk menjadi perdana menteri, disorot publik yang ingin lebih mengenal sosoknya lebih jauh.
“Kami sepupu dan saling jatuh cinta pada tahun 1970-an, saat itu Abdelillah adalah seorang aktivis (sayap) kiri dan saya seorang mahasiswa universitas,” cerita Nabila Benkirane, istri perdana menteri Maroko yang baru, Abdelillah Benkirane, kepada Al Arabiya.
Nabila mengatakan, keluarganya pada awalnya tidak setuju dengan pernikahan mereka, karena perbedaan ideologi.
“Dia beraliran kiri dan saya seorang gadis relijius berkerudung yang berasal dari sebuah keluarga konservatif. Buat saya pribadi perbedaan ini tidak menjadi masalah, tapi ayah saya khawatir Abdelillah akan mengubah kepercayaan saya dan menjadikan saya liberal seperti dirinya,” papar Nabila, dikutip Al Arabiya (01/12/2011).
Saat ditanya tentang hubungannya dengan suami, Nabila menjelaskan dirinya hidup bersama Abdelillah melewati masa-masa bahagia dan sulit bersama.
“Masalah mulai bermunculan saat ia bergabung dengan gerakan pemuda Muslim. Dia ditangkap saat saya hamil anak pertama kami.”
Ditanya tentang pemasukan suaminya, Nabila mengatakan bahwa suaminya selalu mandiri dan berupaya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
“Untungnya kami tinggal di rumah ayah saya, yang diberikan kepada kami begitu kami menikah.”
Nabila ditanya apakah ia menerima jika suatu hari Abdelillah menikahi wanita lain, sebagaimana diperbolehkan dalam Islam. Wanita itu menjawab bahwa ia tidak akan menerimanya.
“Tidak peduli seberapa baiknya ia kepada para wanita, ia tidak akan pernah mencintai orang lain selain istrinya, anak-anaknya dan cucu-cucunya dan ia dia tahu cinta tidak dapat dibagi kepada empat individu, jadi saya mempercayainya soal itu,” kata Nabila.
Mengenai sikap Abdelillah di rumah, Nabila mengatakan bahwa suaminya adalah orang yang periang dan selalu bersemangat.
“Tapi terkadang ia khawatir. Tapi ini normal, karena kekhawatirannya bukan pada hal-hal yang sepele. Dia sangat memikirkan masa depan seluruh bangsa ini.”
Nabila menekankan, dirinya sangat yakin bahwa jabatan suaminya tidak akan mengubah Abdelillah.
“Dia akan selalu rendah hati dan baik,” katanya.
Abdelillah Benkirane dilahirkan pada tahun 1954 di ibukota Maroko, Rabat. Ia menikahi wanita Maroko yang kemudian juga aktif bersamanya di partai.
“Kami memiliki enam anak, semuanya sudah menikah kecuali putra yang termuda, yang berusia 20 tahun dan putri termuda 12 tahun.” Putranya itu, kata Abdelillah, adalah seorang mahasiswa universitas, sedangakan putri bungsunya cacat.
“Dia lumpuh total,” ujarnya.
Saat ditanya apakah Abdelillah memaksa putri-putrinya untuk mengenakan kerudung, dia menjawab tidak. Dan ia menyebutkan berencana untuk menerapkan kebijakan yang sama dalam pemerintahan.
“Kami tidak akan melarang apapun atau memaksa siapapun, sepanjang hal itu sejalan dengan hukum,” kata Abdelillah.
Pria ini tidak banyak dikenal publik Maroko. Ia terlihat jarang mengenakan setelan jas lengkap atau pakaian formal.
“Saya tidak pernah memakai dasi,” kata Adelillah kepada Al Arabiya. “Saya hanya punya satu di rumah dan saya simpan untuk acara-acara khusus, dan ini yang saya pakai untuk bertemu dengan raja,” katanya usai terpilih sebagai perdana menteri yang baru.
Benkirane mengatakan dirinya sehat dan tidak mengidap penyakit berbahaya.
“Saya hanya punya tekanan darah tinggi, tapi ringan dan dapat diatasi.”
Ia juga mengatakan bahwa dirinya menyukai bermain catur dan mendengarkan musik, yang disebutnya musik “moderat”.
“Ketika masih muda, saya suka semua jenis musik, tapi sekarang saya tidak suka musik yang tidak pantas.”
Abdelillah Benkirane adalah sekretaris jenderal Partai Keadilan dan Pembangunan. Partai Islam di Maroko itu berhasil memenangi pemilihan umum parlemen yang dilaksanakan pada akhir Nopember lalu, dengan merebut 107 kursi.
Perolehan kursi Partai Keadilan dan Pembangunan selalu naik sejak tahun 1997. Pada tahun itu mereka hanya berhasil meraih 8 kursi. Tapi di tahun 2002 melonjak menjadi 42 kursi. Pada 2007 Partai Keadilan dan Pembangunan berhasil menempati urutan kedua dengan 47 kursi. Dalam kampanye pemilu yang terakhir ini, Benkirane dan kawan-kawannya mengusung tema pengentasan kemiskinan dan kenaikan upah pekerja.*