Hidayatullah.com–Sekelompok Muslim mengganggu sebuah debat yang menampilkan penulis feminis Kanada Irshad Manji di Amsterdam. Insiden terjadi Rabu (07/12/2011) di De Balie, ketika itu sedang berlangsung debat antara anggota parlemen Kiri Hijau Tofik Dibi dan Manji. Keduanya termasuk muslim liberal, yang juga adalah topik perdebatan itu.
Ketika debat berlangsung, sekitar 30 orang menyerbu masuk ke dalam ruangan. Tidak lama kemudian mereka mulai berteriak-teriak sambil mengibarkan bendera. Mereka juga melempar telur dan ditengarai sempat meludahi wajah Manji serta mengeluarkan ancaman. Kelompok ini menuntut Manji dan Dibi turun dari podium dan baru akan hengkang setelah tuntutan dipenuhi.
Namun kedua pembicara menolak turun sampai polisi harus turun tangan. Dua orang dari kelompok tersebut ditangkap atas alasan penghinaan dan ancaman.
Debat ini dimaksudkan sebagai dialog personal antara Manji dan Dibi tentang bagaimana cara seorang Muslim reformis memastikan debat tentang Islam tidak direbut para ekstrimis (para fobia Islam di satu sisi dan mereka yang radikal di sisi lain), demikian penjelasan Dibi di acara televisi Pauw & Witteman malam harinya.
Fakta bahwa debat digangggu Muslim membuktikan bahwa debat sejenis sungguh dibutuhkan, tambah Dibi dikutip RNW, Kamis (08/12/2011) malam.
Manji mengaku belum pernah mengalami hal serupa. Sebagai aktivis liberal yang sering mengkritik Islam, dia terbiasa mendapat ancaman. Dia juga sudah pernah diludahi sebelumnya. Tapi menurut Manji, kelompok pengacau mengusung mentalitas gang dan itu belum pernah ditemuinya.
Setelah acara selesai, Manji mengajukan pengaduan ke kantor polisi Amsterdam dengan ditemani Dibi.
Dibi juga mendapat semacam dukungan dari pimpinan PVV Geert Wilders yang melalui akun twitter-nya menulis “Dibi tidak pantas dilempari telur oleh para Muslim dan pertemuan seharusnya tidak diganggu. Dia seharusnya boleh menyampaikan apapun.”
Seorang Lesbian
Dilahirkan di Uganda pada 1968 dari pasangan Muslim yang keturunan Arab-Mesir dan India, Manji banyak mengalami masa kecil yang kelam atas ulah ayahnya. Dalam bukunya The Trouble with Islam Today, bagaimana dia memrotes tindakan ayahnya yang memukul pembantunya yang bernama Tomasi, yang berkulit hitam. Ayahnya memperlakukan pembantunya seperti budak. Tindakan seperti itu juga dialami ibunya dan dirinya sendiri. Manji bahkan menggambarkan ayahnya sebagai tipe laki-laki yang sangat keras, galak, berkuasa dan menganggap dirinya sebagai kepala keluarga yang setiap ucapan dan tindakannya harus dibenarkan.
Pengalaman buruk masa kecilnya inilah yang kemungkinan menjadikan ia memilih menjadi penganut lesbian.
Meski lesbian, pikiranya banyak digandrungi kelompok liberal di Indonesia. Ia mendeklarasikan diri sebagai “a faithful muslim” (penganut muslim yang beriman), sekaligus perilakunya jauh dari prinsip Islam. Tentang Meski menghadapi hujatan mengenai lesbian-nya, ia mengatakan bahwa “Islam agamaku, dan menjadi lesbi adalah kebahagiaanku”. Bahkan pada suatu wawancara eksklusif di stasiun TV CBC, Manji mengatakan akan menantang Tuhan beradu argument tentang hakikat keadilan.
Bulan April 2008 ia pernah didatangkan di Indonesia bahkan disambut secara meriah. Seorang aktivis liberal Indonesia yang juga alumnus UIN Jakarta bernama Nong Darol Mahmada menulis sebuah artikel di Jurnal Perempuan (edisi khusus Lesbian, 2008) berjudul: “Irshad Manji, Muslimah Lesbian yang Gigih Menyerukan Ijtihad.”
Manji menulis yang terjemahkan dalam edisi Indonesia berjudul “Beriman Tanpa Rasa Takut” di mana isinya menggugat sejumlah ajaran pokok dalam Islam, termasuk keimanan kepada keotentikan al-Quran dan kema’shuman Nabi Muhammad saw.
Kasus Manji di Belanda ini pernah juga dialami penulis liberal asal Bangladesh Taslima Nasrin. Akibat pikirannya, ia terpaksa hidup di pengasingan. Taslima yang melarikan diri ke Amerika Serikat sementara di tempatnya sendiri, di New Delhi ditolak penduduk. *
Keterangan: Manji (tengah, berbaju merah. Diapit pelajar Muslim dalam sebuah acara di Indonesia)