Hidayatullah.com–Pimpinan Partai untuk Kebebasan (PVV), Geert Wilders, hari Rabu (04/01/2012) mendesak pemerintah agar meminta maaf kepada Yahudi atas sikap pasif Belanda saat mereka ditangkapi Jerman pada Perang Dunia II.
“Kelihatannya pantas, paling tidak hal yang dilakukan adalah permintaan maaf dari pemerintah,” kata Wilders dalam suratnya yang ditujukan kepada Perdana Menteri Mark Rutte, lansir Xinhua.
Wilders menyampaikan permintaan itu sebagai tanggapan atas sebuah artikel tentang buku ‘Judging the Netherlands: The Renewed Holocaust Restitution Process, 1997-2000’ yang diterbitkan tahun lalu. Dalam buku itu penulisnya, Manfred Gerstenfeld, menggambarkan sikap pasif pemerintah Belanda saat orang-orang Yahudi dibawa ke kamp konsentrasi Nazi.
Belanda dikuasai Nazi Jerman dari tahun 1940 sampai 1945, sementara Ratu Belanda dan pemerintah yang berada dalam pengasingan berhasil menyelamatkan diri ke London. Jerman kemudian mendeprotasi sebagian besar orang-orang Yahudi Belanda ke kamp konsentrasi.
Menanggapi usulan Wilders itu, mantan menteri keuangan Gerrit Zalm mengatakan, “Saya tidak ada masalah dengan ucapan minta maaf.”
Sedangkan mantan menteri kesehatan, kesejahteraan dan olahraga, Els Borst, mendukung usulan itu dengan mengutarakan perumpamaan. “Menurut intuisi saya, jika mereka semua yang dideportasi ke Jerman adalah Katolik atau Calvinis, maka pemerintah London akan sudah memerintahkan hal itu kepada orang-orang yang berada di wilayah Belanda yang terjajah.”
Zalm dan Borst adalah dua tokoh penting dalam negosiasi pemberian ganti rugi atas aset-aset Yahudi yang dijarah saat perang, pada tahun 2000. Pemerintah Belanda ketika itu dibawah kepemimpinan PM Wim Kok, mendeklarasikan penyesalan atas perlakuan yang diterima oleh orang-orang Yahudi selama Perang Dunia II. Tapi, ia tidak meminta maaf atas perilaku pemerintah seama perang.*