Hidayatullah.com—Wakil Presiden Iraq Tariq Al Hashimi menyangkal tuduhan terorisme yang dialamatkan kepada dirinya dan menegaskan siap meninggalkan negaranya jika memang harus demikian.
Dalam wawancara dengan Al Arabiya hari Jum’at (17/02/2012), Al Hashimi yang kini tinggal di daerah semi-otonom Kurdistan, menyangkal keterlibatannya dalam 150 aksi terorisme, seraya menambahkan kemungkinan ada seorang petugas pengawalnya yang terlibat.
Al Hashimi mengatakan tidak dapat memverifikasi “kejujuran” dari para pengawalnya, yang mengaku menerima perintah dari dirinya secara langsung untuk melakukan operasi teroris.
Akhir Januari lalu, pasukan kemanan Iraq menahan 16 pegawal Hashimi. Beberapa jam setelah Amerika Serikat menarik mundur pasukannya di Iraq pada akhir Desember 2011, Perdana Menteri Nuri Al Maliki menuding Al Hashmi memimpin pasukan berani mati untuk melakukan teror terhadap warga sipil.
Abdul Sattar Al Beer Qadar, salah seorang perwakilan dari Dewan Tertinggi Kehakiman mengatakan bahwa Al Hashimi dan para pengawalnya terlibat dalam pemboman peziarah di Masjid Al Imam Al Kadhim di Adhmiya tahun 2010, pembunuhan aktor iraq Walid Ja’az tahun 2006, pemboman atas pengunjung di tempat-tempat ziarah Syiah, serangan terhadap warga masyarakat, dokter, letnan dan pejabat militer.
Para pengamat lokal dan internasional berpendapat, pemerintah Iraq tidak bisa mendasarkan tuduhan atas Al Hashemi hanya pada pengakuan para pengawalnya, sebab mereka kelihatan telah mengalami penyiksaan di dalam tahanan saat memberikan pengakuan di televisi Iraq.
Awal bulan Januari , Menteri Luar Negeri Ahmad Davutoglu mengatakan bahwa Ankara tidak akan memulangkan Al Hashimi jika ia meminta suaka ke Turki, tetapi menegaskan sebaiknya tokoh Muslim Iraq itu tetap tinggal di negerinya.
Sementara itu, blok Iraqiya pendukung Al Hashimi menyatakan menolak usulan Wakil Perdana Menteri Salih Al Mutlaq sebagai pengisi jabatan wakil presiden yang ditinggalkan Al Hashimi. Menurut Iraqiya, hal itu akan menjadi transaksi politik yang “tidak bermoral.”
Awal Januari Al Hashimi mengatakan bahwa tuduhan-tuduhan yang dialamatkan kepadanya merupakan cara untuk menyingkirkan dirinya dan bersifat sektarian.
Sebagaimana diketahui, Al Hashimi merupakan salah satu dari sedikit politisi Muslim yang berhasil menduduki posisi tinggi dalam pemerintahan Iraq, yang dikuasai kelompok Syiah sesudah Saddam Hussein digulingkan dan sejak AS menduduki Iraq.*