Hidayatullah.com—Pemerintah Sri Lanka mengizinkan umat Islam untuk menunaikan haji tahun ini dengan syarat mereka membayar biaya perjalanan dalam mata uang asing. Langkah tersebut mengikuti negara yang menghadapi krisis ekonomi yang memburuk sejak kemerdekaan pada tahun 1948, demikian lapor Arab News.
Bulan lalu, Organisasi Haji Sri Lanka mengumumkan kemungkinan menunda operasi karena biaya pengiriman jamaah haji ke Makkah diperkirakan mencapai US$ 10 juta yang terlalu tinggi untuk ditanggung. Penundaan itu kemudian dicabut oleh Menteri Agama Vidura Wickremanayake Selasa lalu, setelah berdiskusi dengan anggota parlemen Muslim dan Menteri Lingkungan Naseer Ahamed.
Wickremanayake mengatakan pihaknya memutuskan untuk memenuhi kuota haji asalkan semua biaya dibayar dalam mata uang asing yang tidak akan mempengaruhi situasi ekonomi saat ini. “Saya telah meminta bank sentral untuk menemukan metode menunaikan haji dan mereka akan membantu menemukan rute yang mudah ke Makkah tahun ini,” katanya.
Muslim membentuk hampir 10 persen dari 22 juta penduduk negara itu yang sebagian besar beragama Buddha. Tahun ini, Sri Lanka mendapat alokasi kuota 1.585 jamaah setelah Arab Saudi mengumumkan akan mengizinkan satu juta Muslim dari luar negeri untuk menunaikan rukun Islam kelima.
Tiga tahun lalu, Sri Lanka menerima alokasi kuota haji hampir 4.000 jamaah. Sementara itu, Naseer mengatakan jumlah jamaah haji tahun ini jauh lebih rendah dibandingkan 2019, sebelum wabah Covid-19 dan belum yakin total kuota bisa terpenuhi.
“Mengingat jamaah haji diminta untuk membayar paket dalam mata uang asing, kami tidak bisa berharap untuk menggunakan kuota penuh tahun ini,” ujar Vidura. “Namun, lebih baik kita mengirim jamaah ke sana juga untuk menjaga kuota yang dialokasikan ke Sri Lanka untuk tahun depan, “ tambahnya.*