Hidayatullah.com–Mesir sedang dilanda euforia demokrasi. Pascapengunduran diri presiden Husni Mubarak, pemilihan pemimpin tertinggi negara piramida itu kini terbuka luas bagi siapa saja.
Kabarnya, hingga saat ini pendaftar calon presiden sudah mencapai 300 orang, dengan latar belakang beragam seperti wartawan, hakim, pengacara dan guru sekolah. Ada pula yang berprofesi sebagai tukan ledeng, wanita petugas kebersihan, ibu rumah tangga, koki makanan penutup, dosen, pakar hukum, pemilik restoran, pemilik kedai kopi, bahkan ada yang bekerja di dinas intelijen.
Hingga empat pekan menjelang batas penutupan pendaftaran calon presiden, belum ada satupun kandidat yang diunggulkan, lapor Associated Press (15/03/2012).
Nantinya, calon kuat pengganti Husni Mubarak pasti harus yang didukung partai pemenang pemilu, yaitu partai Islam bentukan Al Ikhwan dan Salafy.
Al Ikhwan sebelumnya menyatakan tidak akan mengambil calon dari jajaran petingginya atau mendukung calon dari partai Islam lain. Namun yang pasti katanya, presiden Mesir yang akan datang haruslah seorang Muslim.
Menurut analis Khalil el-Anani dari Universitas Durham, Inggris, kelihatanya kelompok Islam, terutama Al Ikhwan, dan juga militer akan mendukung calon yang sama. Alasannya, baik Al Ikhwan maupun militer sama-sama konservatif, bersifat hierarki, lebih mengutamakan stabilitas dan sangat mematuhi prinsip patuh pada pimpinannya.
Pemilihan presiden dijadwalkan digelar pada 23-24 Mei 2012. Para calon independen harus dapat mengumpulkan dukungan dari 30 anggota parlemen dan 30.000 warga di sedikitnya 15 dari 18 provinsi yang ada Syarat itu tidak berlaku bagi alon yang didukung partai yang memiliki sedikitnya satu kursi di parlemen.*