Hidayatullah.com–Polisi Prancis takut pembunuh yang menewaskan empat orang di sebuah sekolah Yahudi di Tououse, sebelah baratdaya Prancis, akan menyerang lagi.
Francois Molins, jaksa yang menangani kasus itu, mengatakan bahwa si pembunuh adalah pelaku penembakan sebelumnya atas tiga tentara berdarah Afrika Utara di daerah yang sama.
Tiga pria berseragam tentara yang sedang antri mengambil uang di mesin ATM ditembak oleh pengendara motor yang mengenakan helm berpenutup wajah dengan senjata otomatis pada siang hari 16/03/2012 di Montauban.
Beberapa hari sebelumnya, seorang pria anggota militer berpakaian sipil ditembak mati di dekat kota Toulouse.
Semua korban ditembak di kepala dari jarak dekat.
Kepada para wartawan, Selasa (20/03/2012), Molins mengatakan, si pelaku tangguh, dia pasti tahu sedang diburu dan dapat menyerang kembali.
Molins tidak pada posisi yang berwenang untuk mengkonfirmasi apakah pelaku merekam aksi penembakannya di sekolah Yahudi Ozar Hatorah. Namun, ia menyebut aksi tersebut sebagai “terorisme” menurut istilah hukum.
Tingkat aksi teror di wilayah Midi-Pyreenes meningkat cukup tajam sejak sistem empat titik ditetapkan tahun 2003, lansir Euronews.
Keamanan di sekitar lingkungan sinagog-sinagog dan sekolah Yahudi diperketat menyusul peristiwa penembakan di sekolah anak-anak Yahudi yang terjadi pada hari Senin (19/03/2012) itu.
Sebelumnya, pada dua insiden penembakan dengan korban warga keturunan Afrika Utara dan oleh pelaku yang sama, polisi dan pemerintah Prancis tidak “panik” seperti saat ini.
Presiden Nicolas Sarkozy dan calon presiden Francois Hollande bahkan langsung menuju lokasi kejadian di sekolah Ozar Hatorah dan menunda pertemuan mereka.
Publik pun bertanya-tanya apakah pemilihan presiden Prancis yang hanya 34 hari lagi akan terganggu akibat peristiwa ini.*