Hidayatullah.com–Lima orang ditangkap di Inggris karena dituduh bagian dari kelompok ekstrim kanan anti Islam. Mereka ditangkap hari Kamis (19/04/2012) kemarin karena menyebarluaskan tulisan berisi kebencian rasial di internet.
Empat laki-laki kelompok ekstrim kanan yang ditangkap berasal dari North Tyneside, County Durham, Merseyside dan Barnsley-South Yorkshire, demikian pernyataan unit anti teror kepolisian Inggris. Sementara, laki-laki kelima ditangkap di sebelah utara ibukota London.
Sumber di kepolisian Inggris menyebutkan bahwa kelima laki-laki itu diduga menjadi bagian dari kelompok sempalan ekstrim kanan Liga Pertahanan Inggris, EDL, yang dikenal dengan julukan “Para Kafir dari Barat Laut“.
Dikutip DW-De, teroris kanan asal Norwegia Anders Behring Breivik mengaku bahwa dirinya menjalin kontak dengan EDL. Meski kemudian organisasi ekstrim kanan Inggris itu membantah pernyataan Breivik dan menegaskan bahwa mereka tidak mempunyai kaitan dengan laki-laki Norwegia yang aksi terornya menewaskan 77 orang pada bulan Juli 2011.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan lebih detail dari kepolisian Inggris terkait penangkapan tersebut.
Tumbuh
Sementara itu, Kelompok Hope Not Hate anti-racism dalam laporan terbarunya mengungkap kelompok anti-Islam terus berkembang di Eropa. Saat ini, lebih dari 300 organisasi anti-Islam terbentuk.
“Apa yang dilakukan Andreas Breivik merupakan tanda. Namun, kita mengabaikan orang-orang yang menginspirasinya itu berbahaya,” ungkap Direktur Hope Not Hate anti-racism, Nick Lowles, seperti dikutip laman onislam.net, Senin (16/04/2012) kemarin.
Menurut Lowles, organisasi-organisasi baru ini menggantikan kelompok Neo Nazi dan kelompok sayap kanan. Kelompok ini bahkan lebih terang-terangan dalam menggunakan bahasa kebencian.
Dalam laporan itu disebutkan pula, Inggris merupakan negara dengan pertumbuhan kelompok atau organisasi anti-muslim yang cukup tinggi, yakni 22 kelompok. Di Eropa secara keseluruhan, 133 organisasi disebut dalam laporan itu, termasuk tujuh di Norwegia, dan 47 organisasi di AS. “Hubungan antar mereka baik yang di Eropa dan AS sangat mengkhawatirkan,” ungkap Lowless.*