Hidayatullah.com—Inggris yang sedang melakukan pengetatan anggaran terkait krisis finansial yang melanda negara-negara Eropa, penduduknya mengalami krisis gizi disebabkan harga bahan makanan yang terus merangkak naik.
Berdasarkan data yang dikumpulkan Guardian (18/11/2012), diketahui bahwa kebiasaan belanja warga Inggris berubah, terutama di kalangan rakyat miskin, sejak tahun 2010. Mereka sekarang lebih banyak membeli makanan berlemak, tinggi gula yang harganya lebih murah ketimbang makanan segar.
Data tersebut menunjukkan, konsumsi makanan tinggi lemak dan makanan olahan seperti mie instan, bakso, kacang kaleng, kacang panggangm pizza, makanan gorengan, naik terutama di kalangan rumah tangga Inggris yang memiliki pendapatan kurang dari 25.000 pound pertahun.
Pada saat yang sama, konsumsi buah dan sayuran mengalami penurunan di banyak rumah tangga Inggris, terutama dari kelas ekonomi rendah. Jumlah orang yang rutin makan 5 kali dalam sehari buah dan sayuran, yang merupakan bagian dari panduan diet sehat di Inggris, turun 900.000 dalam dua tahun terakhir sampai Mei 2012.
Peningkatan konsumsi makanan yang tidak sehat terutama disebabkan kenaikan harga bahan makanan. Warga Inggris kebanyakan tidak lagi sanggup membeli buah-buahan, sayuran , ikan dan daging segar. Berdasarkan data resmi, dalam lima tahun terakhir kenaikan harga bahan makanan di Inggris naik 32 persen.
Berkurangnya konsumsi makanan sehat dan segar juga tercermin dari tingkat pembelian konsumen buah dan sayuran di berbagai supermarket di Inggris, yang angkanya terus turun sejak Mei 2010.
Liz Dowler, profesor pangan dan kebijakan sosial dari Universitas Warwick, mengatakan bahwa gangguan gizi terutama di kalangan anak-anak, akan membahayakan masa depan Inggris di kemudian hari.*