Hidayatullah.com—Otoritas tertinggi Kristen Anglikan, Church of England, yang beberapa hari lalu memusnahkan harapan pentahbisan uskup wanita, mendapat kecaman dari banyak pihak. Di antaranya dari Menteri Kesetaraan Inggris Maria Miller yang mendesak Church of England mengkaji ulang sistem demokrasi internalnya, dengan mengatakan bahwa demokrasi di tubuh gereja itu tidak mencerminkan kemauan dari anggotanya. Hal itu tercermin dari penolakan pentahbisan uskup wanita, yang diputuskan lewat pemungutan suara di Sinoda Umum.
Sebagaimana dilaporkan sebelumnya, penolakan atas uskup wanita justru banyak berasal dari kalangan awam anggota Sinoda Umum, bukan dari kalangan rohaniwan yang sehari-hari berkutat dalam urusan gereja. (Baca berita sebelumnya: Wanita tidak bisa jadi uskup di gereja Anglikan)
Namun, banyak pendukung uskup wanita yang secara pribadi menyampaikan bahwa mereka khawatir jika masalah itu terburu-buru diangkat lagi ke meja pemungutan suara lewat sistem yang sudah dimodifikasi. Mereka lebih suka menunggu waktu dan terus berusaha agar keputusan pembolehan pentahbisan uskup wanita itu tidak lagi dapat digugat. Mengingat, pentahbisan uskup wanita di lingkungan gereja mereka yang sudah dikampanyekan sejak tiga dekade lalu bukan lagi suatu pilihan, melainkan keharusan yang tidak dapat dihindari. Demikian dilansir Guardian (23/11/2012).*