Hidayatullah.com—Anak-anak sekolah di sekitar Lapangan Tahrir, lokasi utama gerakan revolusi rakyat menentang rezim Husni Mubarak, mengalami gangguan psikologis akibat situasi kacau dan kekerasan yang terjadi selama demonstrasi menggulingkan presiden Mesir itu tahun 2011 itu.
Dilansir kantor berita MENA (15/1/2013), berdasarkan hasil penelitian anak-anak sekolah tersebut mengalami gangguan berupa perasaan tegang, gelisah, depresi, serta stres akibat trauma.
Hasil penelitian tersebut disampaikan oleh Delia Enaba, profesor psikiatri dari Fakultas Kedokteran Universitas Kairo, Selasa kemarin dalam Konferensi Tahunan ke-10 Ilmu Kedokteran yang diselenggarakan oleh Pusat Riset Nasional.
Anak-anak yang diteliti sebanyak 515 orang tersebut duduk di kelas lima dan enam. Mereka berasal dari enam sekolah; satu sekolah swasta, dua sekolah negeri dan tiga sekolah percobaan.
Hasil studi menunjukkan, anak-anak perempuan lebih rentan mengalami gangguan psikologis akibat kekerasan yang disaksikannya selama revolusi rakyat itu, ketimbang anak laki-laki. Jumlah mereka yang mengalami gangguan psikologis lebih tinggi di kalangan anak-anak sekolah negeri dibanding anak sekolah percobaan dan swasta.
Sebanyak 67 siswa mengaku, setelah revolusi bergulir hidupnya menjadi lebih buruk dibanding sebelumnya. Mereka seringkali sulit tidur, kerap mengalami mimpi buruk dan merasa takut karenanya.
Menurut Enaba, itulah penyebab mengapa prestasi akademik anak-anak tersebut menjadi lemah dan mengapa mereka mengalami kesulitan berkomunikasi dengan orang lain.
Pakar kejiwaan itu menegaskan, diperlukan pemeriksaan psikologis di sekolah-sekolah, terutama untuk anak-anak perempuan yang lebih rentan terpengaruh oleh peristiwa itu.*