Hidayatullah.com—‘Israel’ dan Uni Emirat Arab (UEA) telah menandatangani empat perjanjian selama kunjungan tingkat tinggi dari negara Teluk itu ke Tel Aviv, Al Jazeera melaporkan.
Kunjungan tersebut merupakan yang pertama sejak langkah kontroversial kedua negara itu bulan lalu untuk menjalin hubungan resmi.
Menteri Keuangan Emirat Obaid Humaid al-Tayer dan beberapa pejabat senior dari UEA pada Selasa (20/10/2020) didampingi oleh Menteri Keuangan Amerika Serikat Steven Mnuchin dalam penerbangan Etihad Airways dari Abu Dhabi ke bandara internasional Ben-Gurion.
Berbicara pada upacara penyambutan di bandara, Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu berterima kasih kepada Presiden AS Donald Trump dan Putra Mahkota UEA Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan atas peran mereka dalam menyegel kesepakatan normalisasi, yang dikritik tajam oleh Palestina.
Setelah pidato Netanyahu, pemerintah Zionis dan UEA menandatangani perjanjian untuk mempromosikan dan melindungi investasi, nota kesepahaman tentang kerja sama dalam sains dan inovasi, perjanjian penerbangan, dan perjanjian pembebasan visa.
Dengan pakta tersebut, UEA menjadi negara Arab pertama yang mencabut persyaratan visa bagi warga Zionis.
Selain itu, CEO Perusahaan Keuangan Pembangunan Internasional AS Adam Boehler mengumumkan pembentukan Abraham Fund, sesuai dengan komitmen yang dibuat dalam perjanjian normalisasi yang ditandatangani pada bulan September.
“Korporasi Keuangan Pembangunan Internasional AS, UEA, dan Israel akan memobilisasi lebih dari 3 miliar dolar dalam investasi yang dipimpin sektor swasta dan inisiatif pembangunan untuk mempromosikan kerja sama ekonomi regional dan kemakmuran di Timur Tengah dan sekitarnya,” kata kedutaan besar AS di ‘Israel’ dalam sebuah pernyataan.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Ahmed al-Sayegh, menteri luar negeri UEA, mengatakan dana tersebut “mencerminkan keinginan ketiga negara untuk mengutamakan kesejahteraan masyarakat, terlepas dari keyakinan atau identitas mereka,” tambah pernyataan itu.
Pada upacara Gedung Putih pada 15 September, Bahrain dan UEA menandatangani perjanjian untuk membangun hubungan diplomatik, budaya, dan komersial penuh dengan ‘Israel’.
Kesepakatan kontroversial tersebut telah menuai kecaman luas dari warga Palestina, yang mengatakan kesepakatan tersebut mengabaikan hak-hak mereka dan tidak melayani kepentingan Palestina.*