Hidayatullah.com–Menteri Luar Negeri AS John Kerry melakukan pembicaraan terpisah “yang lebih bermanfaat” dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Mahmoud Abbas pada Sabtu (23/03/2013) , kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS.
Pejabat itu tidak memberikan rincian tentang isi pertemuan, yang dilakukan menindaklanjuti kunjungan Presiden Barack Obama ke Israel dan wilayah terjajah Palestina minggu ini yang telah menyerukan upaya diplomatik yang segar, walaupun tidak menyampaikan proposal perdamaian yang baru.
Kerry, yang mendampingi kunjungan Obama, telah tinggal beberapa saat di wilayah tersebut dan bertemu selama dua jam dengan Abbas di ibukota Yordania, Amman, kata sumber Palestina kepada Reuters. Kerry kemudian pergi ke Yerusalem untuk mengadakan pembicaraan dengan Netanyahu sampai larut tengah malam. Demikian diberitakan Ma’an News Agency, Minggu (24/03/2013).
“Menlu Kerry telah menindaklanjuti pertemuan yang lebih mendalam dengan Presiden Abbas dan Perdana Menteri Netanyahu. Pertemuan-pertemuan tersebut langkah berikutnya dari pembicaraan yang telah dilakukan Presiden Obama dan pembicaraan Menlu dengan para pejabat Israel dan Palestina,” kata pejabat senior Departemen Luar Negeri AS itu.
“Dalam kedua pertemuan, Menlu Kerry menegaskan bahwa perdamaian tidak hanya mungkin, tetapi perlu untuk masa depan rakyat Israel dan Palestina,” tambah pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim (tak mau disebutkan namanya).
Satu sumber Palestina mengatakan, pertemuan Kerry dengan Abbas difokuskan pada “mencoba menemukan kesamaan antara kedua belah pihak untuk melihat apakah ada hal-hal yang memungkinkan untuk melanjutkan pembicaraan perdamaian”, sembari mengingatkan hasil-hasilnya tidak bisa diharapkan dengan cepat.
“Ini bisa memakan waktu” untuk mencapai dimulainya kembali perundingan resmi, kata sumber, yang juga berbicara dengan syarat anonim.
Pada saat Obama memprioritaskan upaya perdamaian Israel-Palestina masa jabatan pertamanya, perundingan mengalami kemacetan pada akhir tahun 2010 terkait berlanjutnya pembangunan pemukiman Yahudi di tanah Palestina yang diduduki oleh Zionis Israel sejak 1967.
Harapan Obama ke Israel
Dengan melakukan perjalanan pertamanya ke Israel dalam masa kedua sebagai presiden, Obama mengimbau pada hari Kamis kepada masyarakat Israel untuk memberikan simpati kepada orang-orang Palestina yang tak bernegara dan harus memahami kegiatan pembangunan pemukiman di wilayah pendudukan telah menyakiti prospek perdamaian.
Berbicara menjelang perjalanannya, para pejabat AS mengatakan, Obama tidak menawarkan proposal perdamaian, kecuali untuk mengetahui ‘temperatur’ di kedua belah pihak apakah ada kemungkinan untuk menghidupkan kembali pembicaraan langsung Zionis Israel-Palestina.
Obama berjanji bahwa Kerry, pejabat tinggi Washington yang baru, akan mendedikasikan waktu dan energi untuk masalah Israel-Palestina, yang presiden gagal membuat kemajuan selama masa jabatan pertamanya.
Obama mengakhiri perjalanannya dengan satu prestasi nyata, telah mendorong pembicaraan antara Netanyahu dan Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan, yang memungkinkan dua sekutu AS itu mengatasi krisis diplomatik yang dipicu kematian sembilan orang Turki pada tahun 2010 oleh serangan komando Zionis Israel di dekat Jalur Gaza .
Israel telah meminta maaf kepada Turki pada hari Jumat atas tewasnya sembilan warga Turki dalam serangan Angkatan Laut Zionis Israel terhadap armada kapal ‘Mavi Marmara” yang menuju Gaza, dan dua sekutu AS yang berseteru itu setuju untuk menormalkan hubungan.*