Selepas di serang berbagai di negaranya akibat ambisinya menemani Presiden AS, George W Bush menyerang Iraq, Blair hari ini menghadapi beberapa tuduhan bahwa para pejabatnya mencoba memutarbelitkan dokumen mengenai Iraq guna menjadikan alasan bahwa rejim Saddam sebagai orang yang sangat berbahaya.
Tuduhan terbaru itu dibuat oleh Ibrahim al-Marashi, seorang tokoh akademik yang berpangkalan di Amerika Serikat (AS) di mana hasil kajiannya mengenai Iraq dikatakan telah digunakan oleh pihak inletejen Inggris tanpa sepengetahuannya baru-baru ini.
Ibrahim mendakwa para pejabat di bawah Blair telah memanipulasi dan melakukan memplagiat bahan ilmiahnya serta memperbesar-besarkan isu senjata Iraq.
Dalam tulisannya di Daily Telegraph, Ibrahim menyebut, Downing Street telah mencomot dan mengubah pasal-pasal tertentu dengan secara yang kemudian digunakan dalam dokumen resmi pemerintah.
Sebagai contoh, kajian yang menulis pasal “membantu kelompok pembangkang” diganti dengan “mendukung kelompok teroris.”
“Dengan menukar beberapa perkataan dalam dokumen itu berjaya Inggris akhirnya berhasil menyakinkan pembaca bahwa Iraq mempunyai infrastruktur mendukuing kelompk seperti al-Qaidah pimpinan Usama bin Ladin, ” katanya.
Dalam perbahasan hangat di Parlimen semalam, Blair menegaskan bahwa para pegawai-pegawainya tidak berpeluang untuk “memplagiat” dokumen yang pernah dikeluarkan pada September 2002 berhubung senjata pemusnah massal.
Perdana Menteri Inggris itu juga mengumumkan bahwa lembaga intelejen bersama anggota Parlemen dan Pihak Keamanan mengadakan pertemuan tertutup kelmarin akan meneliti isu tersebut.
Sementara itu Wakil Pemimpin Partai Buruh, Lord Denis Healey mendesak Perdana Menteri Tony Blair untuk segera meletakkan jabatannya jika senjata pemusnah massal tidak dijumpai di Iraq. ( afp/um/cha)