Hidayatullah.com–KTT Liga Arab Selasa (26/03/2013) menyetujui usulan Qatar untuk menyiapkan dana 1 miliar dolar (sekitar Rp 9,7 triliun) untuk wilayah Arab di al-Quds Timur, yang diinginkan Palestina sebagai ibukota negara merdeka di bawah kesepakatan damai dengan Zionis Israel.
Negara-negara Arab mengatakan, pembangunan pemukiman Zionis Israel di atas tanah yang diduduki dalam perang Timur Tengah pada 1967, termasuk wilayah Arab di al-Quds Timur, telah membuat solusi dua negara yang didukung oleh AS menjadi tidak berjalan.
Emir Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani mengatakan, Qatar akan menyumbangkan 250 juta dolar ke dana tersebut, sebagaimana disampaikannya dalam pidato pembukaan KTT Arab ke-24 di Doha yang berfokus pada macetnya upaya perdamaian Israel-Palestina dan krisis di Suriah.
“Pada KTT ini diharapkan bisa disiapkan dana untuk mendukung al-Quds dengan nilai 1 miliar dolar guna membiayai proyek-proyek dan program-program yang akan mempertahankan karakter Islam dan Arab atas kota tersebut dan memperkuat ketabahan rakyatnya,” kata rancangan resolusi, disiarkan Gulf Times, Rabu (27/03/2013).
Bank Pembangunan Islami, berbasis di Jeddah, Arab Saudi, akan mengelola dana tersebut, katanya.
“(Yerusalem) berada dalam bahaya serius, yang mengharuskan kita melakukan tindakan serius. Palestina, hak Arab dan Islam di Yerusalem tidak dapat dikompromikan. Israel harus menyadari hal ini,” kata Sheikh Hamad bin Khalifa dalam pidatonya di sesi pembukaan.
Emir juga mengusulkan mengadakan KTT Arab terbatas di Mesir guna rekonsiliasi antara gerakan Hamas di Gaza dan Fatah, yang menguasai Tepi Barat dan dipimpin oleh Presiden Mahmud Abbas.
Sheikh Hamad bin Khalifa memimpin sesi perdana KTT yang diselenggarakan di Hotel Sheraton di Doha.
Dalam sambutannya, Emir mengatakan bahwa masalah Palestina adalah masalah inti Arab dan kunci bagi perdamaian, keamanan, dan stabilitas di Timur Tengah.
“Tidak ada perdamaian tanpa penyelesaian permanen dan komprehensif atas hak-hak yang sah dan penuh dari rakyat Palestina, terutama di antaranya adalah pembentukan negara merdeka dengan al-Quds Timur sebagai ibukotanya,” kata Emir.
“Israel harus menyadari bahwa kekuatan saja tidak akan menciptakan keamanan, dan hanya perdamaian yang akan menciptakan semua keamanan bagi semua. Aktivitas yang bersifat ilegal atau melanggar kesucian Masjid Al Aqsa, Yudea di al-Quds Timur, melakukan kebijakan pemukiman (Yahudi), dan menahan orang-orang Palestina di penjara Israel, hanya akan menciptakan ketegangan di kawasan itu, meningkatkan putus asa dan frustrasi di kalangan rakyat Palestina, dan menjadikan rintangan lebih lanjut atas proses perdamaian yang telah macet,” katanya.
“Menyadari gawatnya kelanjutan dari situasi ini dan dampaknya, kami mengusulkan – juga demi keutuhan Palestina – untuk mengadakan pertemuan puncak Arab terbatas di Kairo secepat mungkin di bawah pimpinan saudara kami, Republik Arab Mesir, berikut partisipasi dari negara-negara Arab yang ingin hadir, selain para pemimpin Fatah dan Hamas,” kata Emir.
Menyambut Suriah
Emir menyambut baik partisipasi dari Koalisi Nasional Revolusi Suriah dan Pasukan oposisi, serta pemerintah sementara pada pertemuan KTT.
“Tidak diragukan lagi, kehadiran mereka memang layak berkat legalitas mereka di dalam negeri dan dukungan besar di luar negeri, dan juga karena peran historis mereka dalam memimpin revolusi dan mempersiapkan untuk membangun Suriah yang baru,” katanya.
“Perkembangan situasi yang serius dan tragis di Suriah, telah menimbulkan bencana selama dua tahun terakhir dan telah menyebabkan tragedi memalukan dan kejahatan. Sejak beberapa waktu yang lalu tindakan menutup-nutupi kejahatan dan penderitaan rakyat Suriah dalam negeri dan di kamp-kamp pengungsi, telah menjadi suatu kejahatan sesungguhnya. “
Dia mengatakan, rakyat Suriah yang merupakan “keturunan dari peradaban besar, budaya asli, dan Arab sesungguhnya” berhak atas kehidupan yang layak, bebas, dan aman, dengan dipersatukan oleh rasa memiliki terhadap tanah air tanpa penindasan, pengecualian, atau marginalisasi.
Dia menyerukan Dewan Keamanan untuk membela kebenaran dan keadilan, dan menanggapi suara hati nurani manusia dalam ketidakadilan dan penindasan, dengan mengeluarkan resolusi penghentian segera pertumpahan darah di Suriah dan membawa mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan yang dilakukan terhadap rakyat ke pengadilan internasional.
Emir, yang menjadi Ketua KTT Arab saat ini, menutup KTT dalam sesi akhir Selasa malam.*