Hidayatullah.com—Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu hari Kamis (28/3/2013) mengungkap latar belakang permintaan maaf Zionis Israel atas peristiwa penyerbuan kapal Mavi Marmara dan rombongannya pada Mei 2010.
“Dalam setiap bidang diplomatik, terdapat tekanan berat atas Israel. Dalam sejumlah organisasi internasional dan isu-isu lainnya, terdapat ‘area batasan’, kata Davutoglo dalam wawancara dengan stasiun televisi swasta SkyTurk 360. Dia menambahkan bahwa permintaan maaf yang akhirnya dinyatakan oleh Zionis Israel merupakan hasil dari diplomasi yang persisten, “sebab Israel perlu merasakan adanya tekanan tersebut.”
Menlu Turki itu mengatakan, setiap kali kedua negara hampir mencapai kesepakatan, pihak Zionis Israel selalu mengambil langkah mundur.
Isu itu kemudian diangkat lagi saat Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry berkunjung ke Turki. “Setelah kunjungan Kerry kami melakukan kontak lewat telepon, SMS dan e-mail,” kata Davutoglu.
Ankara menuntut setiap syarat dan ketentuan permintaan maaf Israel terhadap Turki atas insiden Mavi Marmara dituangkan dalam dokumen kesepakatan tertulis. Persyaratan yang diminta pemerintah Ankara antara lain pembayaran uang kompensasi oleh Zionis Israel kepada Turki dan janji penghapusan embargo atas wilayah Palestina di Jalur Gaza.
Menurut Davutoglu, semua kontak 15 hari menjelang permintaan maaf disampaikan Israel, dilakukan lewat Washington sebagai perantara. Kedua negara tidak melakukan kontak langsung. Hal itu dimaksudkan untuk menurunkan tingkat ketegangan, kata Davutoglu. Pernyataan maaf Israel tersebut sempat tertunda sebab teksnya masih diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani (Hebrew).
Davutoglu menyangkal kabar yang mengatakan permintaan maaf Zionis atas insiden Mavi Marmara terkait dengan masalah konflik di Suriah.*