Hidayatullah.com—China menuding perusahaan raksasa farmasi asal Inggris GlaxoSmithKline menyogok para dokter dengan uang dan hiburan seks agar obat produksinya diresepkan untuk pasien.
Dilansir Guardian (15/7/2013), polisi China telah menangkap empat pejabat eksekutif senior GSK China, sebagai bagian dari penyidikan kasus suap bernilai 3 milyar yuan atau sekitar 320 juta pound yang kasusnya dimulai tahun 2007.
Aparat penyidik China yang menangani kasus itu mengatakan, pimpinan operasional GSK China berkewarganegaraan Inggris, Mark Reilley, telah meninggalkan China pada 27 Juni dan belum kembali lagi ke tempat tugasnya.
“Kami menemukan bahwa suap merupakan bagian inti dari aktivitas perusahaan. Untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan mereka, perusahaan itu melakukan tindakan ilegal,” kata Gao Feng, kepala unit penyelidikan kasus penipuan di China.
GSK diduga telah menggunakan sebuah jaringan terdiri lebih dari 700 orang perantara dan agen-agen perjalanan untuk menyogok para dokter dan pengacara dengan uang tunai dan bahkan hubungan seks.
Gao dihadapan para wartawan mengatakan (dalam rekaman oleh seorang reporter Daily Telegraph), “Selalu ada seorang bos besar dalam organisasi kriminal, dan dalam kasus ini GSK adalah bos besarnya. Demi kepentingan GSK, sejumlah agen perjalanan tidak hanya menawarkan uang kepada para eksekutif mereka tetapi juga suap berupa seks.”
Guardian melaporkan, koran-koran China mengatakan bahwa agen-agen perjalanan yang bekerja untuk GSK akan mengarang pertemuan-pertemuan yang memerlukan adanya travelling, tetapi dananya kemudian dipakai untuk menyogok para dokter agar mereka mau meresepkan obat-obatan produksi GSK.
“Setiap dokter memiliki kartu kredit dari perusahaan itu. Sogokannya ditransfer ke kartu itu sehari setelah obat-obatannya diresepkan,” tuding salah satu koran China.
GSK mengaku sudah berhenti menggunakan jasa agen-agen perjalanan yang disebutkan Kepolisian China itu.
“Kami melakukan review menyeluruh atas semua transaksi yang pernah dilakukan terkait penggunaan agen perjalanan,” kata seorang jurubicara GSK.
GSK pekan lalu juga mengaku telah melakukan penyelidikan internal selama 4 bulan di cabangnya di China dan tidak menemukan adanya kasus suap atau korupsi dari dokter-dokter dan para pejabatnya.
Menurut Gao, penyelidikan serupa bisa juga dikembangkan kepada perusahaan-perusahaan farmasi asing lainnya. Hal itu perlu dilakukan, sebab perusahaan farmasi tidak hanya meraup untung dalam jumlah yang sangat besar tetapi juga ada tanggungjawab terhadap masyarakat.
“Kami tidak mengharapkan mereka menjadi contoh moral, tetapi kami mengharapkan mereka mematuhi peraturan,” tegas Gao.*