Hidayatullah.com—Negara-negara anggota Uni Eropa telah sepakat memasukkan sayap militer Hizbullah sebagai kelompok teroris, namun pada waktu yang bersamaan menolak untuk mengkriminalkan organisasi itu dan masih bersedia melakukan kontak dengan wakil-wakil dari biro politik Hizbullah, lansir Guardian.
Menteri Luar Negeri Inggris Willam Hague mengatakan, keputusan UE itu tidak akan membahayakan hubungan antara pemerintah London dengan Beirut.
Dengan alasan kekhawatiran mereka terhadap aktivitas Hizbullah di Eropa, hari Senin (22/7/2013) para menteri luar negeri Uni Eropa sepakat untuk menetapkan sayap militer Hizbullah sebagai kelompok teroris, setelah melalui perdebatan selama berbulan-bulan lamanya. Keputusan semacam itu harus disetujui secara bulat oleh negara anggota UE.
Tahun lalu, kelompok Hizbullah melakukan serangan teror ke bus yang ditumpangi turis Israel di Bulgaria. Di Siprus Hizbullah juga melakukan serangan, sehingga mencuatkan kembali tuntutan agar kelompok Syiah itu diberantas.
Para pejabat di markas besar UE di Brussels mengatakan, tindakan rinci menyusul dinyatakannya Hizbullah sebagai kelompok teror belum dibahas lebih lanjut. Namun, sepertinya nanti akan ada larangan bepergian dan pembekuan aset.
Di Inggris, belajar dari pengalamannya menghadapi kelompok pejuang kemerdekaan Irlandia Utara IRA dan Sinn Fein, tahun 2008 pemerintah London sudah melarang Hizbullah beroperasi di wilayahnya, tetapi masih menjalin hubungan dengan biro politiknya.
Di Eropa sebelum keputusan UE itu, hanya Belanda yang melarang Hizbullah secara keseluruhan, baik sayap politik maupun militernya.
Terakhir, negara Prancis dan Jerman mendukung pengharaman Hizbullah sehingga memperkuat markas UE di Brussels untuk menyatakannya sebagai organisasi teror.
Hizbullah lahir dari pengaruh revolusi di Iran, pada masa invasi Zionis Israel ke Libanon tahun 1982. Invasi Zionis ke Libanon itu sebenarnya ingin menghancurkan kelompok pejuang Palestina PLO yang ketika itu bermarkas di Libanon, namun di sisi lain melahirkan kelompok Syiah bersenjata Hizbullah yang mengklaim dirinya melakukan perlawanan balik ke Zionis. Hizbullah mendapatkan nama dan dukungan di Timur Tengah, saat perang melawan Zionis Israel tahun 2006.
Dendam terbesar kelompok Syiah Hizbullah kepada Zionis Israel saat ini, karena mereka ingin menuntut balas atas kematian pemimpinnya, Imad Mughniyeh, yang tewas di Damaskus. Hizbullah menuding Mossad melakukan pembunuhan atas Mughniyeh melalui operasi intelijen canggih.
Saat ini Hizbullah menjadi partai kunci teman koalisi pemerintah Libanon.
Sementara masih bermesra-mesraan dengan kelompok teroris Syiah Hizbullah, negara-negara Eropa dan Amerika Serikat justru sampai saat ini masih menganggap kelompok perjuangan Palestina, Hamas, sebagai kelompok teroris. Mereka sama sekali tidak berhubungan dengan Hamas, sekalipun dengan biro politiknya.*