Hidayatullah.com—Pengadilan di Mesir khusus masalah-masalah penting dan mendesak secara resmi menetapkan Anshar Baitul Maqdis sebagai sebuah organisasi teroris.
Dilansir Ahram Online Senin (14/4/2014), berkas hukum berisi tuntutan agar kelompok itu dinyatakan terlarang diajukan oleh pengacara bernama Ahmad Soliman.
Sebelumnya, pekan lalu Departemen Luar Negeri Amerika Serikat telah mengumumkan bahwa kelompok tersebut dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris asing.
Anshar Baitul Maqdis muncul saat terjadi gerakan rakyat menentang rezim diktator Husni Mubarak pada Januari 2011.
Berbasis di Semenanjung sinai dekat dengan perbatasan Israel, operasi yang dilakukan kelompok itu meningkat secara drastis pasca digulingkannya Muhammad Mursy yang berlatar belakang Al-Ikhwan Al-Muslimun dari kursi kepresidenan pada 3 Juli 2013.
Serangan-serangan yang awalnya hanya berkutat di wilayah Sinai, sekarang meluas ke berbagai daerah di Mesir.
Serangan kelompok itu utamanya ditujukan kepada aparat keamanan dan fasilitas milik pemerintah. Anshar Baitul Maqdis beralasan, serangan mereka merupakan aksi balasan atas digulingkannya pemerintahan Islam pimpinan Mursy militer dan penangkapan para anggota serta pendukungnya oleh polisi.
Selain mengakui sejumlah serangan atas beberapa fasilitas keamanan milik pemerintah, Anshar Baitul Maqdis juga mengaku sebagai pelaku serangan pada bulan Februari lalu, yang menewaskan dua turis asal Korea berikut sopir bus yang ditumpanginya.
Pemerintah Kairo menuding Al-Ikhwan terlibat dalam aksi kelompok-kelompok bersenjata di Mesir atau menyewa mereka untuk melancarkan serangan terhadap aparat dan gedung pemerintah.
Jurubicara Kementerian LuarNegeri Mesir Badr Abdel-Atty mengatakan kepada Ahram Online (10/4/2014) bahwa Mesir melakukan kontak dengan sejumlah negara guna menjelaskan seriusnya situasi di negara itu.
“Kami akan memberikan semua dokumen yang diperlukan untuk membantu Mesir melawan terorisme,” kata Abdel-Atty menyambut positif keputusan Amerika Serikat yang menetapkan Anshar Baitul Maqdis sebagai kelompok teroris.
Abdel-Atty mengatakan, Mesir mengerahkan seluruh kemampuannya guna menyediakan informasi tentang hubungan kelompok-kelompok militan dengan Al-Ikhwan.
Al-Ikhwan membantah tudingan-tudingan yang mengkaitkannya dengan kelompok-kelompok tersebut dan mengecam kekerasan yang dilakukan mereka.*