Hidayatullah.com—Presiden Guatemala Alejandro Giammattei hari Jumat (17/4/2020) mengatakan banyak penumpang dalam pesawat deportasi dari Amerika Serikat pekan ini yang terjangkit Covid-19, seraya menambahkan bahwa pihak berwenang AS mengkonfirmasi puluhan kasus infeksi coronavirus.
Giammattei mengatakan bahwa 12 orang yang secara random dipilih untuk diberangkatkan dalam pesawat deportasi tersebut ternyata positif coronavirus ketika diperiksa oleh US Centers for Diseases Control and Prevention (CDC).
Dia mengisyaratkan bahwa lebih banyak lagi orang dalam pesawat itu yang juga positif.
“Sebagian besarnya tertular,” kata Presiden Guatemala itu dalam pidato yang disiarkan di televisi, seperti dilansir Reuters Sabtu. Dia merujuk pada penerbangan yang tiba di Guatemala City hari Senin lalu yang membawa 73 warga Guatemala yang dideportasi dari Amerika Serikat.
Pemerintahan Presiden Trump menekan Guatemala agar menerima migran-migran yang dideportasi itu, meskipun mengetahui negara kecil di bagian tengah Benua Amerika itu kondisi sistem kesehatannya buruk dan virus dapat dengan mudah mencapai daerah pedalaman negara itu.
Pekan ini, Menteri Kesehatan Guatemala Hugo Monroy mengatakan bahwa 75% penumpang penerbangan yang tiba dari AS hari Senin itu terjangkit coronavirus. Kantor berita Associated Press kemudian melaporkan, dengan mengutip keterangan seorang pejabat Guatemala, bahwa 44 orang penumpang di pesawat itu terinfeksi.
Hari Kamis, Amerika Serikat mengatakan pihaknya telah mengirim satu misi dari CDC untuk mengkaji situasinya dan melakukan tes terhadap para migran tersebut, yang ditempatkan dalam karantina di sebuah rumah sakit.
Tidak jelas kapan orang-orang itu tertular Covid-19. Di kalangan petugas US Immigration and Customs Enforcement (ICE) sendiri, yang ditempatkan di fasilitas detensi imigrasi, dikonfirmasi ada 30 kasus infeksi. Jumlah itu termasuk 13 petugas yang ditempatkan di Alexandria Staging Facility di Louisiana, menurut data ICE.
Penerbangan-penerbangan deportasi ke Guatemala dari Amerika Serikat ditangguhkan sementara hari Kamis pekan lalu setelah muncul kabar penularan massal tersebut. Penerbangan dilakukan kembali hari Senin pekan ini.
Baik pihak ICE maupun Kedutaan Besar AS di Guatemala tidak ada yang merespon permintaan komentar yang diajukan Reuters berkaitan dengan masalah ini.*