Hidayatullah.com—Seorang penulis dan komentator politik Amerika Sarah Elizabeth Cupp menilai penolakan kalangan artis, aktivis perempuan dan LGBT terhadap Brunei Darussalam dalam penerapan syariah adalah tindakan hiprokit.
“Brunei hanyalah pendatang baru di tempat kejadian. Sebelumnya ada 81 negara lain dimana homoseksualitas ilegal. Sayangnya, tidak satu-satunya tempat di dunia di mana perzinahan dihukum mati,” ujarnya dalam acara debat politik Crossfire, bertema “Hollywood’s Naive Outrage” (Kemarahan naif Hollywood) yang dimuat CNN.
Menurut Cupp, sebelum Brunei, negara Uni Emirat Arab (UEA) jauh lebih dahulu telah memberlakukan Syariat Islam, tapi tak ada satupun artis Hollywood melakukan protes. Bahkan sejumlah Seleb AS dikenal enjoy bolak-balik mengunjungi Uni Emirat Arab, bahkan sebagian melakukan pembuatan film di Dubai. Di antaranya Tom Cruise membuat film “Ghost Protocol” atau Justin Timberlake melakukan show di negeri itu.
“Justin Timberlake akan tampil di Abu Dhabi bulan ini. Jennifer Lopez tampil di Dubai pada bulan Maret. Yang terakhir “Fast & Furious,” 7, dilaporkan syuting di sana sekarang.”
Menurut penganut Atheis ini, jika mau jujur, sesungguhnya uang mengalir di dua arah, Amerika dan Uni Emirat Arab (UEA). Ia mencontohkan film yang dibuat Matt Damon berjudul “Promised Land”, justru disubsidi oleh UEA.
Jika alasannya tidak toleran, membandingkan UEA dan Brunei, hanya sedikit artis Hollywood menemukan Brunei di peta dan seharusnya orang lebih mudah membokot Uni Emirat Arab.
“Akankah mereka memboikot Uni Emirat Arab, dengan gemerlap nya, Hotel di Hollywood yang ramah, festival film bertabur bintang, lokasi penembakan yang indah dan investasi kaya minyak, jika mereka tahu politik yang sama-sama tidak toleran?”

Sebelumnya, pasca penerapan hukum Islam di Brunei, sejumlah organisasi hak asasi manusia (HAM), termasuk aktivis feminisme dan kelompok lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) bergabung untuk memboikot Hotel Beverly Hills, milik kelompok investasi yang dipimpin oleh Sultan Brunei, Hasanal Bolkiah.
Mereka mendesak agar Sultan segera menjual saham hotel. Mereka juga mengancam memindahkan sejumlah acaran yang sebelumnya akan diselenggarakan di hotel tersebut.
“Fokus kami bukan Beverly Hills Hotel. Fokus kami adalah Sultan Brunei dan fatwa yang mengerikan ini harus dibatalkan,” Katherine Spillar dari aktivis feminisme.
Sementara itu, Sultan Hassanal Bolkiah minggu lalu mengumumkan dia akan tetap melanjutkan pelaksanaan hukum syariah meskipun mendapat kritikan dari dalam dan luar negeri. Bahkan akibat keputusannya memberlakukan syariat Islam, kini beberapa media asing mulai sibuk mencari celah dan aib-aib Sultan .*