Hidayatullah.com–Arab Saudi mempertimbangkan memberi sanksi terhadap Belanda setelah aksi anti-Islam yang dilakukan politisi sayap kanan Geert Wilders, kata Kementerian Luar Negeri Belanda.
Pada bulan November, anggota parlemen anti-Islam mencetak stiker meniru bendera Saudi. Pada bendera Saudi terdapat teks “Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”, diganti “Islam adalah sebuah kebohongan, Muhammad kriminal, Al Quran adalah racun”.
Kementerian Luar Negeri Belanda mengatakan pada Sabtu (17/5/2014) bahwa Arab Saudi merasa “tersinggung” oleh Wilders dan sedang mempertimbangkan sanksi.
“Kami memiliki indikasi yang menunjukkan bahwa Arab Saudi sedang mempertimbangkan langkah-langkah komersial terhadap Belanda,” kata juru bicara Friso Wijnen.
Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Pemerintah Belanda menjauhkan diri dari tindakan Wilders, menunjukkan bahwa penghasut populis tersebut bukan bagian dari pemerintah dan ide-idenya tidak representatif.
Laman Middle East Online mengutip Arab News, pemerintah Saudi telah meminta bisnis Belanda tidak lagi dimasukkan dalam proyek-proyek lokal di negeri ini, dan mengurangi jumlah visa yang dikeluarkan untuk pengusaha Belanda.
Situs ini juga memberitakan, Riyadh marah karena kurangnya tindakan yang diambil terhadap Wilders oleh pemerintah Belanda.
Wilders melalui Partai untuk Kebebasan (PVV) sedang berjuang meraih suara untuk pemilu Eropa pada akhir Mei, dan telah bersekutu dengan pihak sayap kanan lainnya di seluruh benua, termasuk Front Nasional Prancis yang dipimpin oleh Marine Le Pen.
Dia sebelumnya telah membandingkan Al Quran dengan buku Adolf Hitler, Mein Kampf, dan mengklaim agama Islam adalah fasis.
Upaya untuk menuntut Wilder telah gagal. Dia dibebaskan atas tuduhan menghasut kebencian pada tahun 2011, dengan hakim mengatakan bahwa komentarnya itu ditujukan terhadap agama daripada kelompok etnis. Sebagaimana diketahui di negara-negara Barat menghasut untuk kategori etnis bisa dihukum, sedang terhadap agama tidak.
Wilder juga menimbulkan kemarahan baru-baru ini setelah ia berjanji selama pemilihan lokal pada bulan Maret untuk memastikan “hanya sedikit orang Maroko” di Belanda.*