Hidayatullah.com—Komite sanksi atas Al-Qaidah di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa memasukkan Boko Haram ke dalam daftar hitam, satu bulan setelah kelompok bersenjata itu menculik ratusan pelajar putri.
Presiden Nigeria, yang sebelumnya enggan meminta bantuan luar negeri untuk memerangi Boko Haram, awal pekan ini meminta agar kelompok itu diberi sanksi. Hasilnya, sekarang Boko Haram menjadi kelompok yang aset-aset internasionalnya bisa dibekukan, tidak boleh melakukan perjalanan ke luar negeri dan mendapatkan embargo senjata.
“Apa pengaruh praktisnya? Sulit dikatakan, tetapi itu merupakan langkah penting yang kita harus ambil,” kata Duta Besar Australia untuk PBB Gary Quinlan, ketua komite sanksi atas Al-Qaidah.
Quinlan menambahkan, dimasukkannya Boko Haram ke dalam daftar itu untuk “mengeringkan dukungan” kepada kelompok tersebut.
“Kami berusaha agar siapa saja yang memberikan bantuan materi kepada Boko Haram, baik dana maupun senjata, bisa berhenti, akan gentar karena mereka juga dapat dimasukkan ke dalam daftar sanksi.”
Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB Samantha Power menyambut baik dan mendukung keputusan komite sanksi Al-Qaidah itu.
Dilansir Reuters, dalam keterangan penjelas pada daftar hitam tersebut PBB menyebutkan Boko Haram sebagai afiliasi dari Al-Qaidah dan Al-Qaidah di kawasan Maghrib (AQIM), yang menjalin hubungan dengan keduanya guna mendapatkan pelatihan dan dukungan material. Sebagai contoh, Boko Haram mendapatkan pengetahuan tentang cara membuat bom dari AQIM, sejumlah anggota Boko Haram ikut berperang bersama afiliasi Al-Qaidah di Mali tahun 2012 dan 2013 sebelum akhirnya kembali ke Nigeria.
Sementara itu di Abudja terus berlangsung aksi unjuk rasa mendesak agar Presiden Goodluck Jonathan bertindak lebih banyak untuk mengembalikan anak-anak perempuan yang diculik Boko Haram.
Hari Kamis (22/5/2014), sekitar 200 orang demonstran berjalan kaki menuju kantor kepresidenan, tetapi dihalang polisi.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Tolong biarkan Pak Presiden tahu bahwa tidak ada satu pun dari masalah yang mengemuka ini yang sudah ditanggapi,” kata Obi Ezewesili, mantan menteri pendidikan dan eksekutif Bank Dunia.
Pada hari Kamis kemarin, banyak sekolah negeri yang diliburkan atas perintah Persatuan Guru Nigeria sebagai “hari protes” menentang penculikan para pelajar putri.
Hari Rabu (21/5/2015) Amerika Serikat mengumumkan telah menurunkan 80 personel militernya ke negara tetangga Nigeria, Chad, untuk membantu menemukan ratusan gadis yang hilang.
Nigeria juga menerima bantuan dari Inggris, Prancis dan Israel.*