Hidayatullah.com-Ratusan orang yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Surabaya (GRS) dan Ikatan Keluarga Madura (Ikamra) menggelar aksi demontrasi di depan Balai Kota Surabaya hari Kamis.
Mereka mendukung sepenuhnya Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini menutup lokalisasi maksiat Dollykarena dinilai sebagai tempat maksiat yang membuat citra buruk kota Surabaya.
“Masyarakat Surabaya dukung Dolly ditutup. Dolly ditutup harga mati. Ini sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Jika masih ada pelacuran kami jadi malu. Tempat maksiat selain Dolly juga harus ditutup,” ujar Ketua Dewan Penasihat Ikamra, Ali Badri Zaini dikutip Sindonews, Kamis (22/05/2014) siang.
Ali Badri mengaku sangat menghargai dan mendukung penuh kebijakan Wali Kota untuk menutup Dolly.
“Penutupan Dolly adalah tanggung jawab warga Kota Surabaya. Jika tetap dibiarkan, semua warga Surabaya yang akan menanggung dosanya,” ujar Ali.
“Kami akan siap membantu Wali Kota untuk segera menutup lokalisasi Dolly dan Jarak sampai titik darah penghabisan, “ lanjut Ali Badri.
Dengan membawa berbagai spanduk, massa terus berorasi dan berteriak-teriak meminta agar Dolly segera ditutup. Bahkan, massa siap untuk turun langsung ke Dolly untuk melakukan penutupan.
Sebagai bagian dari pemanasan penutupan, massa GRS dan Ikamra berencana menggelar istighosah di depan Balai Kota Surabaya pada pertengahan bulan depan.
Tak lama kemudian, Risma, panggilan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini turun dari ruang kerjanya di lantai dua Balai Kota Surabaya. Dia kemudian menyeruak masuk ke tengah-tengah massa.
Saat menerima massa aksi, Risma meminta agar semua pihak menahan diri. Tujuannya agar tidak terjadi gesekan sesama warga Surabaya.
Menurut Risma, selama apa yang dilakukannya saat ini bertujuan baik, maka tentu akan ada jalan yang bisa memuluskan rencana tersebut.
Mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya tidak ingin ada korban dalam kisruh penutupan Dolly.
“Saya minta semua tahan diri agar situasi kondusif. Tidak ada yang tidak mungkin, pasti ada jalan. Saya memang beberapa hari ini diam, karena ingin tidak ada chaos,” timpal Risma. Dia lantas meninggalkan pengunjuk rasa dan kembali ke ruang kerjanya.*