Hidayatullah.com—Iran menyuplai Iraq dengan jet tempur Sukhoi Su-25 untuk memerangi kelompok-kelompok perlawanan Muslim (Sunni).
Hari Sabtu pekan lalu (28/6/2014) pejabat Iran mengumumkan kiriman pertama pesawat Sukhoi dari Rusia sudah tiba di Iraq yang akan dipakai untuk menggempur kelompok perlawanan Muslim. Sebagian media melaporkan pesawat yang dikirim dalam tahap pertama jumlahnya ada lima, sementara media Rusia dan Iran menyebutkan jumlahnya sepuluh pesawat Sukhoi Su-24.
Namun, Insternational Institute for Strategic Studies (IISS) di London mengatakan bahwa pengiriman pesawat selanjutnya pada tanggal 1 Juli 2014 berasal dari Iran.
Joseph Dempsey, seorang analis untuk Military Balance yang dipublikasikan IISS, secara cermat mengkaji video pengiriman pesawat yang dirilis oleh pihak pemerintah Iraq.
Kepada BBC dia mengatakan bahwa dirinya yakin sebagian dari pesawat-pesawat yang dikirim –Sukhoi Su-25– berasal dari Iran.
Dempsey menyimpulkan keyakinannya itu berdasarkan analisa gambar video tersebut, terutama nomor seri di tubuh pesawat.
Iran masih menggunakan sejumlah kecil Su-25 yang dioperasikan oleh Korps Garda Nasional, pasukan elit andalannya.
Ironisnya mayoritas dari pesawat-pesawat itu, sekitar tujuh pesawat Su-25, dulu merupakan bagian dari alat pertahanan angkatan bersenjata Iraq yang mencari perlindungan ke Iran semasa Perang Teluk Pertama tahun 1991.
Bertentangan dengan harapan pemerintah Baghdad, pesawat-pesawat tempur itu kemudian dipakai oleh dan menjadi bagian angkatan bersenjata Iran, lansir BBC (2/7/2014).
Sementara itu dilansir AFP, IISS mengatakan Su-25 hanya diberi nomor seri terbatas yang terdiri dari 6 digit. Dua digit pada tiga pesawat yang dikirim ke Iraq dan tampak di video itu serupa dengan angka-angka terakhir nomor seri Iran.
Untuk mendukung kesimpulannya itu IISS menampilkan foto dari salah satu pesawat yang dikirim ke Iraq berdampingan dengan pesawat Su-25 milik Iran. Angka yang ditunjukkan serupa “56”, sedangkan cat tubuh pesawat meskipun ada yang berbeda tetapi corak di beberapa bagian menunjukkan kemiripan. Kelihatan sekali di beberapa bagian penting tubuh pesawat itu dicat ulang, kata IISS.
Iraq dan Iran terlibat perang dari tahun 1980-1988 saat pemerintah Baghdad dipimpin oleh Saddam Hussein. Iraq ketika itu menggunakan Su-25 dalam pertempurannya.
Setelah Saddam Hussein digulingkan oleh invasi tentara Amerika Serikat tahun 2003, AS menyerahkan Saddam ke tangan para politisi dan tokoh Syiah yang kemudian menggantungnya. Nuri Al-Maliki, seorang politisi Syiah, kemudian diangkat menjadi perdana menteri lewat pemilihan umum yang direkayasa dan dikawal oleh Amerika Serikat.
Seiring dengan waktu para politisi Syiah mulai menguasai perpolitikan dan pemerintahan di Iraq, di bawah kepemimpinan Al-Maliki yang menjalankan kebijakan sektarian.
Tingkah polah kepemimpinan diktator Syiah Al-Maliki yang sektarian pernah dilaporkan oleh pemimpin suku Kurdi Masoud Barzani, yang langsung terbang ke Washington untuk bertemu Presiden AS Barack Obama. Barzani berpendapat Amerika Serikat harus ikut bertanggungjawab dengan kondisi Iraq yang semakiin kacau dibawah kepemimpinan Al-Maliki, perdana menteri yang naik ke kursi kekuasaan dengan dukungan penuh Washington.*