Hidayatullah.com–Lebih dari 450 orang telah ditanggkap di berbagai tempat di Amerika Serikat karena melakukan aksi unjuk rasa menggugat upah rendah buruh restoran cepat saji, kata penyelenggara demonstrasi.
Pihak penyelenggara mengatakan unjuk rasa hari Kamis (4/9/2014) itu merupakan yang terbesar yang dilakukan dengan target jaringan rumah makan cepat saji besar seperti McDonald’s, Burger King, Wendy’s dan Kentucky Fried Chicken.
Gwen Moore, seorang anggota kongres AS, merupakan salah satu dari 27 orang yang ditangkap di dekat Milwaukee, Wisconsin. Penangkapan ratusan demonstran itu terjadi di Chicago, Detroit, Little Rock, Kansas City, Houston dan Nashville, lapor Reuters dikutip Aljazeera (5/9/2014).
Unjuk rasa buruh restoran cepat saji yang mendapat dukungan dari serikat pekerja itu berawal di New York dan terus berulang sejak tahun 2012. Mereka turut memicu perdebatan soal upah minimum yang sejak tahun 2009 ditetapkan sebesar $7,25.
Demonstrasi hari Kamis itu menuntut pekerja dibayar $15 perjam.
“Dengan $15 saya akan bisa menabung cukup untuk membayar sewa rumah bagi anak-anak,” kata Latoya Walker pekerja McDonald’s yang tinggal di penampungan tunawisma dengan upah $8 perjam.
Para buruh juga memprotes jam kerja 40 jam atau lebih perminggu, dan mengatakan mereka tidak bisa bertahan hidup dengan bayaran seperti sekarang.
Para ahli mengatakan upah $11 perjam sama dengan garis kemiskinan untuk sebuah keluarga terdiri dari 4 jiwa.
Restoran-restoran cepat saji di Amerika Serikat tahun ini diperkirakan akan mencetak laba hingga $7,2 milyar dari omset hampir $200 milyar, kata firma riset IBISWorld.
Kebanyakan restoran cepat saji di Amerika Serikat dimiliki oleh pengusaha melalui sistem waralaba, di mana masing-masing pemilik menetapkan sendiri upah untuk pekerjanya dan mengatakan jika upah itu dinaikkan maka akan membuat bangkrut usahanya.
Seorang jurubicara McDonald’s mengatakan perusahaannya mendukung pemberian upah yang kompetitif dengan pasar lokal, serta mencerminkan keterampilan dan pengalaman pekerjanya.*