Hidayatullah.com–Lebih dari 80.000 orang pekerja di Inggris membanjiri pusat kota London guna menentang apa yang mereka sebut sebagai penurunan drastis standar kehidupan layak.
Kampanye “Britain Needs A Pay Rise” mengklaim rata-rata gaji para pekerja di Inggris turun sebesar 350 euro dalam satu bulan sejak 2008.
Unjuk rasa serupa terjadi di Glasgow dan Belfast pada hari Ahad (19/10/2014) di mana para pengunjuk rasa mengeluh mereka tidak mendapatkan kenaikan gaji atau naik hanya sedikit karena kebijakan pengetatan anggaran pemerintah.
Dave Prentis sekretaris jenderal Unison, serikat dagang terbesar di Inggris, menyimpulkan kemarahan anggotanya.
“Orang-orang ini, kebanyakan pekerja bergaji rendah, harus menanggung akibat perbuatan yang dilakukan orang-orang kaya dan berpengaruh terhadap masyarakat kita. Orang-orang ini bukan yang menyebabkan krisis perbankan, mereka tidak merusak perekonomian kita, bahkan mereka harus menanggung akibatny. Enam ratus ribu pekerjaan lenyapdan orang-orang dipaksa menerima gaji rendah,” kata Prentis dikutip Euronews.
Sebuah penelitian terbaru oleh Nnew Economics Foundation menunjukkan bahwa penurunan 15% pendapatan riil terjadi dalam satu tahun terkahir ini saja.
Selama 10 tahun terakhir, jumlah pekerja yang dibayar tidak lebih dari gaji minimum meningkat dua kali lipat. Pekerjaan bergaji rendah memaksa pekerjanya menandatangani kontrak nol jam, di mana tidak ada jaminan mereka mendapatkan tugas pekerjaan.
Sementara itu, para menteri selalu mengatakan, tahun ini, Inggris disiapkan untuk menjadi negara maju dengan pertumbuhan ekonomi paling pesat. Mereka juga mengatakan upah minimum nasional bulan ini naik 6,50 pound atau sekitar 8 euro.*