Hidayatullah.com–Seorang gadis belasan tahun Belanda yang ibunya mengupayakan agar putrinya itu dipulangkan dari Suriah, akan diproses di pengadilan dengan tuduhan membahayakan keamanan negara.
Gadis berusia 19 tahun yang diketahui bernama Aicha (Aisyah) itu ditangkap sekembalinya dia dari Suriah ke rumahnya di Maastricht hari Rabu (19/11/2014).
Aicha yang belum lama ini pindah agama memeluk Islam, diyakini telah pergi ke kota Raqqa –yang menjadi basis pertahanan ISIS/ISIL di Suriah– untuk menikahi seorang “pejuang” di sana.
Ibunya, Monique, yang mengupayakan kepulangannya ke Belanda tidak dijadikan tersangka.
Aicha merupakan salah satu dari segelintir remaja putri dan wanita Eropa yang pergi ke Suriah dan Iraq beberapa waktu belakangan ini.
Sebagian dari mereka diyakini pergi ke sana untuk alasan ideologis, sementara sebagian lain dikabarkan karena ingin menikahi “pejuang”, termasuk para pria yang bertempur bersama kelompok ISIS/ISIL.
Dalam persidangan tertutup yang digelar hari Jumat ini (21/11/2014), hakim akan memutuskan berapa lama Aicha bisa ditahan.
Jaksa meminta hakim agar masa penahanan Aicha bisa diperpanjang sambil mereka memeriksa bukti-bukti yang ada.
Sidang terbuka diperkirakan akan digelar dalam 3 bulan mendatang, kata petugas pengadilan kepada BBC.
Sementara itu, Aicha masih dilarang berbicara kepada anggota keluarganya, kecuali ibunya, dan juga dilarang berbicara kepada media.
Media Belanda melaporkan bahwa Aicha pergi meninggalkan negaranya pada bulan Februari untuk menikahi Omar Yilmaz, seorang warga Belanda keturunan Turki yang pernah menjadi anggota militer negara kincir angin itu, lansir BBC.
Yilmaz menyebut dirinya sebagai seorang pekerja penyalur bantuan paruh waktu, pelatih dan juga pejuang, meskipun tidak diketahui jelas dengan kelompok apa dia bergabung.
Hari Rabu lalu kepada wartawan BBC Anna Holligan dia mengatakan bahwa dirinya pernah menikahi Aicha setelah seorang pejuang lain yang seharusnya menikahi gadis Belanda itu terbunuh. Dia mengaku perkawinannya tidak berlangsung lama.
“Tidak berhasil, kami berpisah. Dia menempuh jalannya, saya juga mengambil jalan sendiri,” kata Yilmaz tentang perkawinannya dengan Aicha yang kabarnya menjadi mualaf pada usia 18 tahun.
Ibunda Aicha kemudian pergi ke Turki menuju perbatasan dengan Suriah untuk menyelamatkan putrinya dan membawanya pulang kembali ke Belanda, tanpa menghiraukan imbauan dari pemerintah Belanda yang memintanya untuk tidak pergi.
Tidak jelas apakah Monique masuk ke wilayah Suriah untuk menjemput putrinya itu atau dia hanya menunggu di perbatasan Turki. Beritanya simpang-siur.
Monique pernah menceritakan perjuangannya mencari Aicha, putri kesanyangannya berambut pirang dan bermata biru yang senang pergi keluar jalan-jalan dan bermain piano itu, kepada media Belanda EenVandaag.*