Hidayatullah.com–Iran mengutuk koalisi Negara Arab pimpinan Arab Saudi yang melancarkan serangan udara kepada pemberontak Syiah Hautsi (Syiah Al Houthi) dengan menyebutnya sebagai sebuah “langkah berbahaya” yang melanggar “kedaulatan nasional dan tanggung jawab internasional.”
Juru bicara kementerian luar negeri Iran Marzieh Afkham mengatakan aksi militer itu akan makin memperpelik situasi, memperluas krisis dan menghilangkan peluang-peluang bagi resolusi damai bagi perbedaan internal di Yaman.
“Agresi ini tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali memperluas terorisme dan ekstremisme, serta meningkatkan ketidakamanan di seluruh kawasan,” kata dia dalam satu pernyataan seraya menyerukan penghentian segera serangan udara.
Komentarnya ini sejalan dengan pernyataan Alaedin Boroujerdi, kepala komite keamanan nasional dan kebijakan luar negeri parlemen Iran, yang menuduh Arab Saudi tidak bertanggung jawab.
“Fakta bahwa Arab Saudi telah mengipasi bara api bagi perang baru di kawasan adalah bukti ketidak-pedulian negara itu,” kata dia seperti dilaporkan kantor berita Fars.
“Asap api ini yang akan sampai ke mata Arab Saudi sebagai perang adalah tidak hanya terbatas pada satu tempat. Kami berharap operasi militer ini akan segera berhenti dan masalah Yaman diselesaikan melalui cara-cara politik.”
Sementara itu, Wakil Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Iran Brigadir Jenderal Masoud Jazayeri dalam wawancara dengan Tasnimnews, Kamis (26/3/2015), mengatakan serangan militer terhadap Yaman tidak akan membawa hasil apapun. {Baca: Kementerian Pertahanan Saudi: Operasi Militer Pertama āBadai Penghancurā Sukses]
Sementara itu Konsultan Kementerian Pertahanan Arab Saudi Brigjen Ahmad Hasan Usairi menegaskan bahwa operasiĀ militer pertama āAashifatul Hazmā (Badai Penghancur) pimpinan Arab Saudi sukses mencapai targetnya.
Operasi militer yang melibatkan 10 negara Timur Tengah tersebut berhasil melumpuhkan jalur udara milik milisi Pemberontak Syiah Al-Hautsi Ā mengalahkan angkatan udara, menghancurkan pesawat-pesawat tempur, rudal-rudal, pusat-pusat komando dan komunikasi mereka.
Operasi militer āBadai Penghancurā dimulai Kamis dini hari (26/3/2015) dengan serangan udara yang bertujuan untuk menguasai kekuatan udara yang sedang dikendalikan oleh pemberontak Syiah Al Hautsi.*